Wanaloka.com – Geolog UGM, Gayatri Indah Marliyani mengatakan gempa Cianjur pada 21 November 2022 magnitudonya cukup besar M 5,6 dan hiposenter yang dangkal, yakni 11 kilometer. Gempa bumi ini disebabkan pergerakan sesar aktif di darat. Gempa yang terjadi di darat, biasanya memiliki kedalaman yang dangkal kurang dari 15 kilometer sehingga guncangan gempa dirasakan kuat di permukaan.
“Sumber gempa yang dekat dengan permukaan dan magnitudo cukup besar menyebabkan dampak merusak yang cukup meluas, terutama di sepanjang jalur sesar tersebut,” kata Gayatri, Kamis (24/11).
Efek guncangan terasa paling besar di area dekat hiposenter. Energi gempa di sana terinisiasi dan menyebar sehingga mengakibatkan kerusakan signifikan di Cianjur dan Sukabumi. Wilayah Jakarta dan Bogor yang berada cukup dekat dengan lokasi gempa menyebabkan guncangan juga dirasakan kuat di sana.
Baca Juga: Jumlah Korban Meninggal Dampak Gempa Cianjur 310 Orang
Selain itu, tipe tanah dan batuan di bawah Jakarta mendukung terjadinya amplifikasi gelombang gempa. Tak heran, efek guncangan terasa lebih kuat di daerah cekungan Jakarta dibandingkan area lain berjarak sama yang memiliki batuan cenderung lebih keras.
Banyaknya bencana tanah longsor akibat gempa, menurut Gayatri karena di wilayah sekitar Cianjur, Sukabumi, dan Bogor terdiri jenis batuan yang ada di sekitar area tersebut serta kemiringan lereng yang tinggi. Ditambah batuan di wilayah Cianjur dan Sukabumi tersusun material hasil letusan gunung api yang masih lepas-lepas dan tebal.
“Ketika terkena guncangan keras akibat gempa bumi, lapisan tanah dan batuan lepas yang berada di lereng yang terjal akan mudah bergerak dan longsor,” paparnya.
Baca Juga: Sumbar Kirim Rendang 1,3 Ton untuk Korban Gempa Cianjur
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan menambahkan, daerah yang menjadi pusat sumber gempa merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi, dimana struktur tanah atau batuannya kurang terkonsolidasi.
Karena batuannya relatif tidak kuat, sehingga memperkuat efek guncangan gempa. Terlebih, informasi yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa sumber gempa merupakan gempa bumi dangkal yang tidak jauh dari patahan aktif sesar Baribis.
Umumnya, pusat gempa sering terjadi di pesisir atau laut lepas. Munculnya pusat gempa di daratan karena Pulau Jawa merupakan sumber gempa yang berada di zona subduksi. Selain itu, sumber-sumber gempa berupa sesar-sesar aktif di darat juga ada di Pulau Jawa.
Baca Juga: Ringan dan Tahan Gempa, Kayu Jadi Material Konstruksi Masa Depan
Ada banyak sesar aktif di Jawa yang sudah teridentifikasi, seperti Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Baribis, Sesar Kendeng, dan masih banyak lagi. Adapun aktivitas kegempaan di Jawa bagian barat yang diakibatkan sesar aktif di darat lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Jawa.
“Jika jalur sesar di darat dekat dengan wilayah pemukiman, harus diwaspadai,” tegas Gayatri.
Gunung Gede Aman
Discussion about this post