Wanaloka.com – Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), R. Hendrian meminta kebun raya-kebun raya di daerah di Indonesia harus tampil dengan kekuatan karakternya masing-masing. Para pengelola kebun raya daerah dinilai suka mereplikasi Kebun Raya Bogor (KRB) yang dianggap bagus. Mulai dari Taman Meksiko, model kursi, arsitektur bangunannya.
“Kalau misalnya di Kebun Raya Sriwijaya (KRS) ada satu area tertentu yang sering kena banjir atau kebakaran, jadikanlah sebagai satu laboratorium hidup dengan berbagai penelitian yang bisa dilakukan dari berbagai aspek,” jelas Hendrian dalam podcast One Day One Innovation yang diinisiasi Balitbangda Sumatera Selatan, Sabtu, 31 Mei 2025.
Seperti laboratorium hidup bagi para peneliti untuk melakukan kajian-kajian terkait ekologi di area gambut dan seterusnya.
Baca juga: Longsor Tambang Gunung Kuda, Potensi Gerakan Tanah di Wilayah Cirebon Tinggi
Mengingat karakter KRS dinilai agak unik. Saat musim penghujan kebanjiran, saat kemarau mudah sekali terbakar. Karakter alamiah ini bisa dimanfaatkan menjadi laboratorium hidup untuk para peneliti bekerja sama dengan berbagai universitas yang melakukan kajian-kajian penelitian di area tersebut.
Dengan demikian, area koleksi yang dikelola ditempatkan di area yang tidak berisiko. Seperti menggunakan area yang relatif tidak terkena efek banjir dan kebakaran.
Khusus untuk KRS banyak yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan flora Sumatera, seperti Sumatera bagian selatan tentu secara floristik memiliki karakteristik tersendiri.
Baca juga: Solusi Penumpukan Sampah Plastik dan Limbah Hewan Kurban Saat Iduladha
“Ada taksa-taksa yang cukup menarik dari sisi konservasi, sehingga perlu dikoleksi di KRS dan dikonservasi dengan baik,” terang dia.
Ia menambahkan, semakin banyak koleksi yang bernilai konservasi tinggi di sebuah kebun raya itu dari sisi fungsi konservasi akan membuat kebun raya itu kuat. Ada beberapa tanaman yang memiliki karakter biologis unik misalnya Rafflesia, Amorphophallus, Nepenthes dan banyak lagi.
“Satu hal bisa dilihat sebagai problematika bagi KRS, sekaligus bisa dilihat dari sisi positif,” kata dia.
Baca juga: Jumlah Korban Longsoran Tambang Galian C Gunung Kuda Cirebon Jadi 14 Jiwa
Berdasarkan laman Atourin, KRS memiliki lahan seluas sekitar 100 ha terletak di lahan Agro Techno Park II (ATP II) yang terdiri dari embung konservasi, taman tematik, tanaman hias, taman gambut, serta tanaman obat. Sebelumnya, kawasan tersebut sebagai hutan produksi yang ditetapkan menjadi kawasan hutan dengan tujuan konservasi. KRS memiliki fungsi sebagai konservasi, wisata, penelitian, edukasi, dan jasa lingkungan.
Discussion about this post