“Jika kondisi sanitasi, gizi, dan kebiasaan sehari-hari tidak diperbaiki, penularan akan terus berulang,” imbuh dia.
Untuk merespons kondisi tersebut, Kementerian Kesehatan bersama pemerintah daerah melakukan pengobatan massal, memperkuat intervensi gizi, dan memberikan perhatian khusus kepada balita dan ibu hamil melalui pemberian makanan tambahan (PMT), vitamin, dan pemantauan kesehatan. Edukasi terkait etika batuk, penggunaan masker, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga diperluas.
Baca juga: Akhir Pencarian 11 Korban Longsor Banjarnegara di Bawah Ancaman Tanah Bergerak
Tim kesehatan juga melakukan pengambilan sampel tambahan untuk memastikan tidak ada patogen lain yang beredar, mengingat variasi gejala dan temuan multipatogen sebelumnya.
Langkah jangka panjang, Kemenkes bersama pemerintah daerah mulai menyusun perbaikan lingkungan. Meliputi pembuatan tempat pembuangan sampah, kerja bakti pembersihan area rawan nyamuk, hingga pemisahan area memasak dan area tidur di rumah warga. Media KIE untuk sekolah terpencil juga disiapkan untuk edukasi berkelanjutan.
Sumarjaya menekankan penanganan tidak berhenti pada pengobatan kasus, tetapi memastikan perbaikan lingkungan dan akses kesehatan dilakukan secara bertahap di Dusun Datai dan tujuh dusun terisolir lainnya.
“Kami ingin memutus siklus kerentanan ini. Intervensi lingkungan dan gizi adalah kunci agar kejadian seperti ini tidak terulang,” tutur dia. [WLC02]
Sumber: Kemenkes






Discussion about this post