“Saat saya melewati terowongan, keluar dari terowongan sudah beda kota,” ujar Wisli.
Dia berhasil menyelesaikan tantangan di Paris dan Jepang dengan berbekal sepeda bambu varian roadbike, Dalanrata. Sepeda itu baru pertama kali digunakan dalam festival sepeda profesional. Tak hanya berbekal sepeda bambu saja. Keberhasilannya menaklukan trek di Paris dan Jepang juga didukung kondisi badan yang prima. Latihan yang optimal tetap dibutuhkan terutama untuk sepeda jarak jauh.
Baca Juga: Pemindahan 3 Buaya Muara dari Teritip ke Tabang Dikawal 119 Keeper
Selain itu, Wisli juga selalu melakukan bike by fitting, yakni menyesuaikan tipe sepeda dan badannya dengan jarak yang akan ditempuh. Intinya, dibutuhkan nutrisi yang cukup dan pergerakan yang efektif, efisien, dan konstan dalam bersepeda jarak jauh. Kiat-kiat inilah yang membuat Wisli mampu mencapai garis finish dengan kondisi tubuh yang tetap bugar dan kuat.
“Secara mental, jiwa kita harus senang dengan bersepeda supaya bisa menikmatinya dan mencapai garis finish dengan tetap bugar,” imbuh dia.
Seni dan Olahraga
Dunia olahraga sepeda sudah melekat di diri Wisli. Sejak bangku SD, sepeda telah menjadi alat transportasi yang menunjang mobilitasnya. Kegemarannya terhadap sepeda semakin berkembang saat SMP. Kala itu, dia sudah mulai mencoba segala jenis sepeda, mulai dari sepeda basic hingga yang profesional.
Baca Juga: KLHK Permudah Izin AMDAL yang Diklaim Tetap Perhatikan Lingkungan
Bahkan laki-laki asal Jakarta itu sempat mengalami patah kaki selama 9 bulan karena kecelakaan bersepeda saat SMP. Peristiwa itu tidak mematahkan semangat Wisli untuk menekuni bidang olahraga yang menjadi dunianya.
Tak hanya bersepeda, dirinya juga mempunyai ketertarikan dalam dunia sepak bola, sehingga dia juga sempat menjadi atlet Timnas Junior PSSI. Sayang, perjalanan karirnya di sepak bola terpaksa harus berhenti, karena tuntutan orang tuanya agar Wisli lebih mengutamakan pendidikan akademis. Ia pun menganggap karir di bidang sepak bola saat itu belum memiliki masa depan yang cerah.
Akhirnya, Wisli memutuskan fokus untuk ke pendidikan dan menekuni bidang seni. Dia pun berhasil diterima di jurusan Kriya Tekstil FSRD ITB pada tahun 2001.
Baca Juga: Kapal VOX MAXIMA Sedot Pasir Laut Lagi, KSPP: Cabut Izin dan Proses Hukum
“Tapi olahraga tidak pernah saya tinggalkan dan tetap menjadi kecintaan saya,” aku Wisli.
Setelah lulus kuliah, Wisli memutuskan untuk kembali menekuni bidang sepeda lagi. Siapa sangka, olahraga justru menjadikannya sosok seperti sekarang.
Misi Kayu Untuk Bumi akan terus Wisli dan tim gaungkan masa mendatang. Tidak berhenti di The Japanese Odyssey 2023, saat ini Wisli dan tim sedang mendiskusikan untuk proyek selanjutnya. Kesuksesannya di dua negara, semakin membuat Wisli untuk terus ingin mengayuhkan sepeda bambu di negara-negara lain.
“Sepeda ini bukan hanya sekedar bersepeda, tetapi dapat membawa kami ke area kehidupan lain,” tutur Wisli. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post