Rabu, 3 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, Orang Indonesia Telan 15 Gram Mikroplastik Per Bulan

Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain.

Jumat, 17 Oktober 2025
A A
Contoh kandungan cemaran mikroplastik dari air sungai. Foto dok.Ecoton

Contoh kandungan cemaran mikroplastik dari air sungai. Foto dok.Ecoton

Share on FacebookShare on Twitter

Baca juga: Ikhtiar Petani Gunungkidul Menjaga Pangan Lokal yang Terancam Ditinggalkan

Kebijakan lintas sektor dan ubah gaya hidup

Untuk mengatasi persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor. Pertama, memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin di kota-kota besar. Kedua, memperbaiki pengelolaan limbah plastik di hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang. Ketiga, mendorong industri tekstil agar menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis.

Selain itu, edukasi publik menjadi kunci penting. Reza mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan tidak membakar limbah sembarangan.

“Kesadaran masyarakat bisa menekan polusi mikroplastik secara signifikan,” kata dia.

Hujan yang kini mengandung partikel plastik adalah refleksi dari perilaku manusia terhadap bumi. Bahwa langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya.

Baca juga: Yang Bertahan dan Hilang dari Kemandirian Pangan Lokal di Gunungkidul

“Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah, semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya,” tegas Reza.

Annisa menambahkan, meskipun pemerintah telah menetapkan target ambisius melalui National Plastic Action Partnership (NPAP) untuk mengurangi sampah plastik di laut hingga 70 persen pada tahun 2025, target tersebut sulit tercapai. Terutama apabila perilaku masyarakat terhadap plastik sekali pakai belum berubah secara signifikan.

Di lain sisi, Annisa mengingatkan, kebiasaan menggunakan plastik untuk kantong belanja, kemasan makanan, dan pembungkus dalam transaksi daring masih menjadi sumber utama pencemaran mikroplastik.

“Perubahan gaya hidup menjadi langkah awal yang paling realistis untuk mengurangi dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan,” papar dia.

Baca juga: 192 Kali Gempa Landa Sumenep dan Pulau Sapudi Jawa Timur

Langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari bisa memberi dampak besar. Masyarakat dapat mulai dengan membawa tumbler sendiri, menghindari air kemasan sekali pakai, dan menggunakan wadah yang dapat digunakan berulang kali.

Di lingkungan pendidikan seperti kampus, kebiasaan ini bisa diterapkan secara kolektif. UGM sendiri sudah memiliki Toyagama yang menyediakan akses air minum bersih di berbagai titik kampus.

Namun ia juga mengingatkan air minum galon sekali pakai maupun isi ulang dari depot (DAMIU) tidak sepenuhnya bebas dari risiko. Beberapa penelitian menunjukkan ada kandungan mikroplastik jenis high density polyethylene (HDPE) dan polyethylene terephthalate (PET) pada wadah tersebut.

Baca juga: Menteri Hanif, Pemulihan Sungai Cipinang Harus Selesai Satu Bulan

“Perlu ada kebijakan lebih ketat terkait standar keamanan air minum dan pengawasan bahan kemasan yang digunakan masyarakat luas,” ucap dia.

Selain mengubah perilaku individu, Annisa menekankan pentingnya penguatan riset dan kebijakan publik untuk memahami serta menekan dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Sayangnya, masih ada keterbatasan fasilitas laboratorium untuk pengujian dan analisis mikroplastik di banyak wilayah Indonesia. Keterbatasan ini menyebabkan data ilmiah tentang dampak mikroplastik di dalam tubuh manusia masih belum menyeluruh.

Namun ia optimistis terhadap perkembangan riset di bidang ini. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan ada mikroba yang mampu mendegradasi molekul mikroplastik. Annisa menegaskan, langkah paling efektif tetap dimulai dari akar masalah eliminasi mikroplastik sejak dari sumbernya.

“Jika tidak dikendalikan, akumulasi mikroplastik akan terus berlangsung dan masuk ke rantai makanan yang kita konsumsi, mulai dari ikan, ayam, hingga hasil pertanian,” kata dia. [WLC02]

Sumber: BRIN, UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Air HujanBRINFK-KMK UGMmikroplastik

Editor

Next Post
Para pemohon dalam Sidang Putusan MK atas permohonan uji materiil UU Nomor 6 Tahun 2023, 16 Oktober 2025. Foto Dok. Istimewa.

MK Batalkan Sanksi Bagi Masyarakat yang Berkebun di Hutan Tanpa Tujuan Komersial

Discussion about this post

TERKINI

  • Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (tengah) saat menyampaikan perkembangan bencana Sumatra di Tapanuli Utara, 29 November 2025. Foto BNPB.Anggota DPR Kritik Pernyataan Pejabat Publik Soal Banjir Sumatra Minim Empati
    In News
    Rabu, 3 Desember 2025
  • Peneliti Hidrologi Hutan dan Konservasi DAS UGM, Hatma Suryatmojo. Foto Dok. UGM.Hatma Suryatmojo, Banjir Bandang Sumatra Akibat Akumulasi Dosa Ekologis di Hulu DAS
    In Sosok
    Selasa, 2 Desember 2025
  • Tangkapan video pendek tentang banjir bandang di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Foto @masinton/instagram.Kerugian Bencana Ekologis Sumatra Rp68,67 Triliun, Tak Sebanding Sumbangan dari Tambang dan Sawit
    In Lingkungan
    Selasa, 2 Desember 2025
  • Bantuan logistik untuk wilayah terdampak bencana Sumatra, Provinsi Aceh, Provinsi Sumatra Utara, dan Provinsi Sumatra Barat. Foto BNPB.Update Bencana Sumatra, Korban Tewas 442 Orang Terbanyak di Sumut
    In Bencana
    Senin, 1 Desember 2025
  • Kondisi Agam, Sumatra Barat usai banjir bandang, Sabtu, 29 November 2025. Foto Dok. BNPB.Tiga Provinsi Sumatra Kewalahan, Akademisi dan Masyarakat Sipil Desak Status Bencana Nasional
    In News
    Minggu, 30 November 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media