Wanaloka.com – Tabur bunga di lokasi longsor di Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa, 25 November 2025, menandai berakhirnya operasi tim pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR) yang telah berlangsung 10 hari tanpa henti.
BNPB bersama Basarnas dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara memahami bahwa penutupan operasi SAR bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga menyentuh sisi emosional bagi masyarakat terdampak. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, keputusan ini diambil melalui evaluasi menyeluruh yang melibatkan seluruh unsur terkait dan menjadi pilihan sangat berat bagi semua pihak, khususnya keluarga korban yang masih menanti kabar orang-orang yang mereka cintai.
“Namun kondisi di lapangan, seperti tanah yang masih bergerak, cuaca tidak menentu, serta kedalaman dan luas timbunan material menimbulkan risiko keselamatan yang tinggi bagi petugas maupun masyarakat,” kata Muhari melalui siara tertulis, Selasa, 25 November 2025.
Pertimbangan ini menjadi dasar operasi SAR tidak dapat dilanjutkan tanpa mengorbankan keselamatan lebih banyak pihak.
Baca juga: Etty Riani, Timbunan Limbah Cangkang Kerang Hijau Terkontaminasi Logam Berat
Menguras embung, menghalau awan
Dari total 961 personel gabungan yang masih berupaya mencari 16 orang hilang akibat longsor di Banjarnegara, Senin, 24 November 2025, ada sekelompok petugas lain yang bekerja dalam senyap demi memaksimalkan operasi SAR sekaligus memitigasi potensi bencana susulan.
Mereka adalah tim gabungan dari BPBD Kabupaten Wonosobo, PMI Salatiga, Basarnas dan para relawan dari berbagai daerah. Sejak hari ketiga penanganan darurat, tim ini mengambil alih tugas yang sebelumnya belum tersentuh, yakni membuat jalur sodetan (pembuangan air) dari sumber mata air yang terus mengucur dan membentuk embung alami akibat proses geologi.
Pascalongsor, satu dari tiga sumber mata air tertampung dan membentuk embung cukup luas di sektor A, tepat di bawah mahkota longsor. Kedalaman embung tersebut sempat mencapai lebih dari satu meter.
Keberadaan embung alami ini berpotensi memicu longsor susulan, bahkan banjir bandang, jika dibiarkan. Dibentuklah satuan tugas khusus untuk menguras air dengan pompa alkon bantuan BNPB, serta menggunakan satu unit alat berat untuk membuat sodetan.
Baca juga: Sumatra Barat Jadi Role Model Sistem Satu Data Bencana yang Sensitif Gender
Upaya tersebut menunjukkan hasil. Dalam dua hari, ketinggian air berkurang hingga 60 sentimeter. Sodetan dialirkan menuju sisi perkampungan yang berada di luar area operasi SAR. Di sisi lain, alat berat juga dikerahkan untuk membuka jalur aliran air agar tidak menggenangi wilayah kerja tim SAR.
Sementara satgas pengelolaan air bekerja di darat, dua pesawat Cessna Caravan berlogo BNPB menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dari udara. Pesawat-pesawat itu menebar Kalsium Oksida (CaO) dan Natrium Klorida (NaCl) untuk menghambat pertumbuhan awan dan mengarahkan hujan agar jatuh di wilayah yang lebih aman, seperti waduk, embung irigasi, atau hulu sungai.
Dampak OMC mulai terlihat jelas. Intensitas hujan di wilayah terdampak menurun signifikan. Langit cerah dengan matahari terik mendominasi sepanjang hari, sementara hujan hanya turun dalam bentuk gerimis tipis pada sore hari. Kondisi ini membantu menstabilkan area longsor sekaligus mempercepat proses evakuasi.
Kolaborasi antara satgas darat dan udara memberikan dampak besar bagi keseluruhan rangkaian penanganan darurat yang kini memasuki hari kesembilan. Cuaca cerah serta berkurangnya volume air dari embung menjadi faktor penting yang sangat mendukung kelancaran operasi SAR.
Baca juga: Pertahankan Tanaman dari Perusakan Perusahaan Sawit, Lima Petani Pino Raya Ditembak
Hari terakhir di sektor C
Hari terakhir operasi SAR, Selasa, 25 November 2025, ratusan personel gabungan bersama 25 unit alat berat dikerahkan untuk menyisir sektor C. Lokasi itu area paling bawah atau “lidah longsoran” yang diyakini menjadi lokasi terakhir keberadaan para korban.
Sebelumnya, pencarian di sektor A dan B telah dilakukan secara menyeluruh dan telah ditemukan beberapa korban dalam kondisi tidak bernyawa. Kini, harapan tertuju di sektor C yang menjadi penentu dari rangkaian panjang upaya pencarian dan penyelamatan selama 10 hari.
Namun medan di lokasi longsor bukanlah tantangan yang ringan. Tanah yang masih labil dan berlumpur, ketebalan material longsor lebih dari 10 meter, ditambah kandungan air yang tinggi, terus menguji stamina dan ketekunan para personel di lapangan.
Baca juga: Delapan Kecamatan di Padang Pariaman Tergenang Luapan Banjir Empat Sungai






Discussion about this post