“Dari sisi cara budi daya juga berbeda. Ini juga tidak terlepas dari kondisi lingkungan setempat. Sebagai contoh, untuk menjadikan kondisi tanah gambut yang memiliki pH tinggi atau basa bisa ditanami dengan kondisi ideal, harus dilakukan treatment untuk menurunkan pH tersebut menjadi lahan ideal atau standar,” papar Bayu.
Belum lagi menyangkut dengan skala yang lebih sempit dalam satu hamparan, antara petak satu dengan petak lain terkadang berbeda. Ada petak sawah yang lebih subur dan ada petak sawah lainnya yang kurang subur.
Kondisi tersebut juga dipengaruhi cara budi daya petani di tiap-tiap petak. Lantas, bagaimana kita menyikapinya rencana proyek tersebut?
Baca Juga: Hoaks, Pulau Tagulandang akan Tenggelam Akibat Erupsi Gunung Ruang
Dalam situasi global saat ini, menurut Bayu, menolak atau membatasi kerja sama dengan negara sangat tidak mungkin dilakukan. Meskipun menerapkan pertanian secara langsung di lahan yang luas tanpa uji coba pada skala demplot dinilai juga sebagai langkah tidak tepat.
Sementara yang ditakutkan adalah kegagalan karena bibit tidak bisa tumbuh dengan baik atau tidak menghasilkan produktivitas seperti yang diharapkan.
“Bagaimanapun kondisi lingkungan Cina dan Indonesia dalam hal ini Kalimantan Tengah memang berbeda,” ucap Bayu.
Baca Juga: Tiga Instruksi Jokowi Soal Relokasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang
Menurut dia, sebaiknya proyek penanaman tersebut tidak langsung dilakukan di area yang luas. Melainkan bisa dilakukan pada semacam piloting dengan demplot untuk pengujian terlebih dahulu. Yakni untuk memastikan bibit dari Cina tersebut cocok dengan kondisi lingkungan dan bisa diterapkan di Kalimantan Tengah.
Di sinilah peran akademisi atau lembaga riset dituntut untuk bisa memikirkan dan memberikan solusi. Banyak pihak diharapkan turut mengamati sekaligus menguji apakah bibit dari Cina tersebut bisa ditanam di Indonesia secara langsung atau justru diperlukan suatu modifikasi supaya bisa ditanam dengan kondisi riil di lahan.
“Jika bibit dari Cina telah diuji dan terbukti dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta menghasilkan produktivitas tinggi seperti di Cina, maka tentunya diperlukan peningkatan skala,” kata Bayu. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post