Selasa, 5 Agustus 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Eka Tarwaca, Konversi Lahan Karet Menjadi Kebun Sawit Keliru dan Berisiko

Monokultur sawit dalam skala luas berisiko menurunkan kualitas sumber daya lahan dan mengancam biodiversitas. Perlu pendekatan kebun campur sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan dan adaptif terhadap tantangan pertanian masa depan.

Jumat, 25 Juli 2025
A A
Dosen Fakultas Pertanian UGM, Eka Tarwaca Susila Putra. Foto Dok. Faperta UGM.
Share on FacebookShare on Twitter

Solusinya pun bukanlah konversi, melainkan intensifikasi lahan melalui pola tanam kebun campuran. Pola tersebut memungkinkan petani mendapatkan pendapatan dari lebih dari satu komoditas sekaligus mengurangi risiko saat harga salah satu komoditas jatuh. Dalam situasi ekonomi pedesaan yang sudah kompleks, pemaksaan kebijakan konversi justru berisiko menambah beban petani kecil.

“Pendekatan yang lebih partisipatif dan berbasis kondisi lapangan sangat dibutuhkan agar kebijakan tidak berakhir kontraproduktif,” pesan Eka.

Baca juga: Juli Puncak Kemarau di Riau, Potensi Karhutla Meningkat hingga Awal Agustus

Berbahaya bagi lingkungan

Dari perspektif lingkungan, konversi besar-besaran juga dinilai berbahaya. Monokultur sawit dalam skala luas berisiko menurunkan kualitas sumber daya lahan dan mengancam biodiversitas. Ia mendorong pendekatan kebun campur sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan dan adaptif terhadap tantangan pertanian masa depan.

Selain itu, diversifikasi juga membuka peluang bagi sistem pertanian yang lebih resilien terhadap dampak perubahan iklim. Hal ini sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan yang mengintegrasikan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi secara seimbang.

“Diversifikasi komoditas dan pengelolaan terintegrasi menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan,” ucap dia.

Baca juga: Lahan Konservasi Gajah dari Prabowo, Pakar Ingatkan Kepastian Status Lahan dan Kesesuaian Habitat

Lebih jauh, Eka menyoroti lemahnya proses penyusunan kebijakan ini. Ia menilai kebijakan konversi lahan belum mempertimbangkan berbagai aspek secara menyeluruh, terutama dari sisi jangka panjang. Risiko-risiko yang tidak diperhitungkan dengan matang justru bisa menjadi bumerang di masa depan.

Penyusunan kebijakan yang strategis semestinya melibatkan partisipasi multisektor dan analisis berbasis data yang komprehensif.

“Kebijakan ini tampaknya hanya lahir dari pertimbangan sesaat, tanpa melihat dampak luas dan berkelanjutan terhadap petani, lingkungan, dan ekonomi nasional,” duga Eka.

Baca juga: Lebih Dua Dekade, Baleg dan Komisi XIII DPR Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat

Empat langkah bijak

Sebagai solusi, Eka menawarkan empat langkah bijak yang dapat ditempuh pemerintah. Pertama, mempertahankan kebun karet eksisting dengan program revitalisasi berbasis pola tanam campuran. Kedua, memperkuat industri primer berbasis karet untuk menstabilkan harga di saat harga global jatuh.

Ketiga, meningkatkan produktivitas kebun sawit eksisting melalui intensifikasi on-farm. Dan keempat, mengarahkan kelebihan produksi CPO dari hasil intensifikasi untuk mendukung program biosolar seperti B35 hingga B100. Strategi ini dinilai lebih rasional dan berimbang karena tidak mengandalkan ekspansi, melainkan efisiensi dan inovasi.

“Dengan skema seperti itu, kita tidak perlu mengorbankan komoditas lain demi sawit, tetapi tetap bisa mewujudkan ketahanan energi,” tegas dia. [WLC02]

Sumber: UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: CPOEka Tarwaca Susila PutraFakultas Pertanian UGMkebun campurankelapa sawitpohon karet

Editor

Next Post
Prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Foto gocsrkaltim.com.

Prasasti Yupa Kerajaan Kutai Lebih Tua, Tapi Belum Masuk Memory of the World UNESCO

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi penyu. Foto ambquinn/pixabay.com.Menguak Asal Usul Penyu Indonesia Lewat Sidik Jari Genetik yang Berbeda
    In Rehat
    Sabtu, 2 Agustus 2025
  • Ilustrasi kemenyan untuk bahan pembuatan parfum. Foto xbqs42/pixabay.com.Potensial Jadi Parfum Tropis Premium, Hilirisasi Kemenyan Harus Pertimbangkan Kelestarian Hutan
    In Rehat
    Jumat, 1 Agustus 2025
  • Desakan pencabutan izin terhadap korporasi pembakar hutan. Foto Dok. Walhi.Catatan Walhi, Karhutla Berulang Bukti Negara Melindungi Korporasi Pembakar Hutan
    In Lingkungan
    Jumat, 1 Agustus 2025
  • Kebun Raya Mangrove di Surabaya, Jawa Timur. Foto Dok. BRIN.Peran Kebun Raya Mangrove Surabaya dari Konservasi hingga Ketahanan Pangan
    In News
    Kamis, 31 Juli 2025
  • Memeluk pohon, salah satu bentuk terapi forest bathing. Foto aszak/pixabay.com.Forest Bathing, Terapi Redakan Stres Ringan hingga Sedang
    In Rehat
    Kamis, 31 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media