Wanaloka.com – Gamahumat, inovasi pembenah tanah dapat dikembangkan dengan memanfaatkan bahan baku utama dari batu bara berkalori rendah. Lewat inovasi ini, sisa kegiatan pertambangan diklaim dapat diolah menjadi produk ramah lingkungan yang bermanfaat bagi pertanian dan reklamasi lahan.
“Kami ingin menunjukkan sektor tambang pun bisa memberi kontribusi positif bagi keberlanjutan lingkungan,” ujar Guru Besar bidang Ilmu Geologi Batubara, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Prof. Ferian Anggara, Senin, 20 Oktober 2025.
Riset Gamahumat bermula pada 2022 di bawah koordinasi Ferian bersama tim di Fakultas Teknik UGM. Penelitian dilakukan untuk mencari solusi pengelolaan batu bara kalori rendah yang berlimpah di Indonesia yang selama ini kurang termanfaatkan. Dukungan pendanaan diberikan secara berkelanjutan oleh PT Bukit Asam (PTBA), yang sejak awal melihat potensi besar produk ini.
Baca juga: Peringatan Dini Tsunami Dipercepat Maksimal 3 Menit Setelah Gempa
“Sejak 2018, PT Bukit Asam menjadi mitra utama riset kami untuk berbagai topik dan terus mendukung karena hasilnya terbukti aplikatif,” aku dia.
Proses penelitian mencakup tahap ekstraksi batu bara hingga menghasilkan senyawa humat, yaitu senyawa aktif yang berperan memperbaiki struktur dan kesuburan tanah. Penelitian terkait dengan ekstraksi senyawa humat dan peningkatan nilai tambah batu bara juga mendapat dukungan dari Pusat Sumberdaya Mineral Batubara dan Panasbumi (PSDMBP), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Produk hasil riset ini diberi nama “Gamahumat” dan menarik minat PT Bukit Asam untuk mengembangkan secara komersial dengan merek dagang BA Grow. Melalui kerja sama ini, hasil inovasi kampus dapat langsung diterapkan di lapangan dan mendukung reklamasi lahan tambang.
Baca juga: Percepatan Sistem Peringatan Dini Global, Melindungi Korban dari Perubahan Iklim
“Kami memegang lisensi produk Gamahumat, sementara PT Bukit Asam memasarkan versi industrinya dengan nama BA Grow,” ungkap dia.
Uji coba Gamahumat dilakukan di berbagai lokasi dengan karakter tanah yang beragam, seperti di lahan marginal berupa lahan karst di Gunungkidul dan lahan pasiran di Turgo, Sleman. Penggunaan produk ini terbukti dapat berfungsi sebagai pH adjuster sekaligus meningkatkan produktivitas tanaman.
“Pada tanaman padi yang ditanam di lahan pasiran dengan pH asam, penggunaan pupuk dapat dikurangi hingga 50 persen dan hasil gabah tetap mencapai 6 ton per hektar,” jelas dia.
Baca juga: Keracunan Berulang, Dosen UGM Lintas Disiplin Desak Evaluasi Tata Kelola MBG
Senyawa ini berfungsi sebagai soil stabilizer yang memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur dan menjaga unsur hara tetap tersedia bagi tanaman. Gamahumat juga membantu menetralkan tanah masam sehingga efisiensi pemupukan meningkat secara alami.
“Gamahumat membantu menyeimbangkan pH dan menjaga unsur hara agar lebih mudah diserap akar tanaman,” imbuh dia.
Keunggulan lain produk ini adalah mudah diterapkan tanpa menambah biaya tenaga kerja. Sebagai pembenah tanah, Gamahumat diaplikasikan sejak tahap awal pengolahan lahan, kemudian kembali digunakan pada hari ke-14 dan ke-30 bersamaan dengan kegiatan pemupukan rutin tanaman padi.
Baca juga: Mikroplastik Masuk Tubuh Lewat Makanan, Minuman dan Udara
Pola ini membuat petani tidak perlu menambah tahapan kerja maupun biaya tambahan.
“Kami memastikan Gamahumat bisa digunakan dalam alur kerja petani tanpa menambah tenaga atau biaya tambahan,” terang Ferian.







Discussion about this post