Kejadian gempa bumi tersebut mengakibatkan penampakan beberapa fenomena geologi permukaan yang selama ini jarang terjadi. Yakni lokasi episenter terletak di darat, tetapi memicu terjadi tsunami di pantai Teluk Palu; terbentuk sesar permukaan (fault surface rupture) mengiri yang bergeser sejauh 580 cm dan tersebar mulai dari Teluk Palu hingga daerah Kulawi, Kabupaten Sigi; terjadi likuefaksi tipe aliran (flow liquefaction) di daerah Jono Oge, Petobo, Balaroa dan Sibalaya; terjadi tanah bergelombang di daerah Jono Oge dan retakan tanah yang masif di Kota Palu dan Kabupaten Sigi.
Supartoyo juga mengingatkan mitigasi bencana penting. Juga mengimbau masyarakat Palu untuk memperingati kejadian bencana tersebut dengan mengambil hikmah betapa penting upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) melalui peningkatan upaya mitigasi.
“Salah satu upaya PRB tersebut adalah meningkatkan kegiatan mitigasi yang dilakukan melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural untuk mengurangi risiko suatu bencana,”tutur Supartoyo.
Baca Juga: Pemerintah Permudah Izin Lingkungan Pendirian SPKLU
Berkaitan dengan mengenang lima tahun kejadian gempa bumi Pasigala, PVMBG Badan Geologi berpesan untuk segera mengenali lingkungan sekitar dan sumber pembangkit bencana.
Kenali lingkungan tempat tinggal, kenali sumber pembangkit bencana di sekitar tempat tinggal, kenali jenis-jenis ancaman bahaya, kenali tempat dan jalur evakuasi, ikuti pelatihan dan simulasi bencana, dan tingkatkan kapasitas dalam menghadapi kemungkinan berulangnya kejadian bencana.
“Semoga upaya-upaya tersebut dapat mengurangi risiko bencana yang mungkin akan terjadi dan terulang kemudian hari,” kata Supartoyo. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM
Discussion about this post