“Begitu ada bidang-bidang ‘lemah’, di situlah dia akan bergerak. Mungkin awalnya tidak bergerak karena masih bisa ditahan (oleh lempeng yang ada). Begitu ada energi, jebol, di situlah terjadi gempa,” papar Ismawan.
Jawa Barat setidaknya memiliki sejumlah sesar aktif dan sesar kecil yang sudah dipetakan. Di luar itu, ada banyak potensi sesar yang belum terpetakan, tetapi memiliki dampak signifikan. Semisal, gempa bumi di Cugenang, Cianjur pada 2022 lalu yang diakibatkan aktivitas sesar yang belum terpetakan.
Dari hasil observasi yang dilakukan sebelumnya, Sumedang terdiri dari batuan rombakan gunung api yang belum terkonsolidasi lepas. Jenis batuan ini akan mengamplifikasi getaran apabila terjadi gempa bumi. Hal ini yang menyebabkan ada dampak kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi di Sumedang, salah satunya retaknya dinding terowongan tol Cisumdawu meskipun lokasinya berada jauh dari episentrum gempa.
Baca Juga: Catahu KLHK 2023, Potensi Bahan Baku Bioprospeksi Melimpah
“Berbeda dengan di daerah yang batuannya sudah keras, jadi sedikit lebih aman. Itu yang harus diwaspadai,” ujar Ismawan.
Perlu Riset Detail Pemicu Gempa
Sementara Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Irwan Meilano membenarkan keterangan PVMBG. Bahwa ada kemungkinan pemicu gempa karena adanya pergerakan sesar aktif dari Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
“Namun, masih perlu dicari detailnya. Baik parameter sumber gempanya, panjangnya, tingkat aktivitasnya, maksimum magnitudonya, dan lain-lain,” kata Irwan pada 1 Januari 2024.
Baca Juga: PSHK UII: Perpres 78 Picu Konflik Agraria Masa Depan
Ada tiga hal yang menjadi concern. Pertama, ternyata ada sumber gempa yang tidak terlalu besar dari magnitudo-nya, tetapi ternyata cukup dangkal kedalamannya. Kedua, bagaimana karakteristik lapisan tanah di Jawa Barat yang mempunyai berbagai produk vulkanik, sehingga dapat meningkatkan guncangan gempa.
“Inilah yang membuat gempa dengan kekuatan kecil, tapi guncangannya terasa keras di permukaan,” lanjut Irwan.
Ketiga, kondisi geografis wilayah di Sumedang dan sekitarnya yang memiliki banyak penduduk dan telah dipadati bangunan, sehingga dapat berpotensi menimbulkan banyak kerusakan saat terjadi bencana.
Baca Juga: Masyarakat Desak Pengurusan Sumber Daya Pesisir dan Laut Masa Jokowi Harus Dievaluasi
Indonesia mempunyai berbagai lembaga yang tergabung dalam Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), salah satunya ITB. Irwan menyatakan, ITB bersama beberapa lembaga terkait lainnya, akan bersama mencari parameter dari sumber-sumber gempa baru, untuk mengidentifikasi lebih detail mengenai gempa yang terjadi di Sumedang.
“Belajar dari gempa di Sumedang, kami akan mencari parameter lebih detail. Kemungkinan nanti akan dimasukkan ke dalam sumber-sumber gempa baru yang terjadi di Indonesia,” tutur Irwan.
Mitigasi di Sesar yang Belum Terpetakan
Baik Ismawan, Irwan dan Wafid menggarisbawahi tentang pentingnya mitigasi gempa bumi. Pertama, menggiatkan edukasi mitigasi bencana gempa bumi kepada masyarakat, termasuk di lokasi episentrum gempa di wilayah yang sebelumnya tidak pernah terjadi gempa bumi, seperti gempa bumi di Cugenang dan Sumedang.
Baca Juga: Gempa Dangkal Garut dan Tasikmalaya Dipicu Aktivitas Penyesaran
“Bisa saja, masyarakat tahu tentang mitigasi, tapi tidak terlalu peduli. Jadi harus dilakukan mitigasi intens,” pungkas Ismawan.
Kedua, masyarakat diminta waspada terhadap potensi bencana gempa, meskipun kekuatannya tidak terlalu besar, tetapi tetap dapat menimbulkan dampak kerusakan.
“Inilah yang perlu menjadi pembelajaran, khususnya bagi masyarakat di Jawa Barat. Sebab, kami juga pernah ada kejadian yang mirip, yakni gempa Cianjur pada November tahun lalu. Meski kekuatannya berbeda, tapi tetap memberikan kerusakan yang signifikan,” papar Irwan.
Baca Juga: Fakultas Teknik UGM Sulap Batu Bara Jadi Asam Humat yang Suburkan Tanah
Ketiga, masyarakat diimbau lebih meningkatkan kesiapsiagaan serta kewaspadaan terhadap gempa bumi susulan maupun potensi bencana lainnya. Yakni dengan mengikuti petunjuk dari pemerintah, instansi, serta otoritas setempat mengenai informasi terkini bencana.
“Tetaplah tenang dan hindari kepanikan, agar dapat berpikir dengan lebih jernih guna mengambil langkah-langkah yang selanjutnya diperlukan,” imbuh Irwan.
Keempat, karena wilayah Sumedang tergolong rawan gempa bumi, apabila ingin membangun bangunan di sana harus menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa guna menghindari risiko kerusakan akibat guncangan gempa. [WLC02]
Sumber: Unpad, ITB, Kementerian ESDM
Discussion about this post