Ketiga, tetapkan moratorium terhadap penambangan di kawasan karst Gunungkidul hingga dilakukan kajian lingkungan yang komprehensif dan transparan dan segera lakukan restorasi kawasan karst yang rusak.
Keempat, hentikan tambang di kawasan Merapi yang semakin mengancam keberlangsungan ekosistem kawasan konservasi Merapi.
Kelima, mendesak pemerintah daerah di DIY, Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Pusat untuk mengeluarkan kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim berperspektif gender, sehingga situasi krisis iklim benar-benar dapat dimitigasi dengan baik dan beriringan dengan aksi adaptasi yang terintegrasi, baik perspektif, program, ataupun institusional.
Baca Juga: Selama Awal Juni 2024, Gunung Lewotobi Laki-laki 17 Kali Erupsi
Keenam, libatkan semua elemen masayarakat, tak terkecuali anak-anak, anak muda, perempuan dan difabel dalam mengambil kebijakan negara.
Ketujuh, mendesak pemerintah untuk meningkatkan pendidikan kritis terkait lingkungan dan perubahan iklim yang dikontekskan dengan persoalan linkungan di daerah.
“Terakhir, cabut semua regulasi dan proyek pembangunan yang mengeksploitasi alam, yang merusak kelestarian lingkungan dan memperparah krisis iklim seperti yang telah disebutkan itu,” tegas Heron.
Baca Juga: Fahmy Radhi, WIUPK Membuat Ormas Keagamaan Terjerembab di Dunia Hitam Tambang
Parade yang berlangsung sehari itu diisi dengan sejumlah kegiatan. Ada Parade Naik Becak yang menjadi simbol untuk mengurangi penggunaan emisi karbon dari energi fosil. Pameran poster dan lukisan yang berisi suara-suara perlawanan atas rezim yang mengeksploitasi bumi dan alam. Rangkaian kegiatan ini juga menjadi media perjumpaan bagi seluruh pecinta Bumi tetap lestari sehingga terus bergenerasi.
“Melalui parade budaya ini, kami ingin mengajak seluruh masyarakat untuk melihat dan berefleksi bahwa menjaga lingkungan. Bisa dilakukan oleh siapapun dengan cara yang kreatif dan menyenangkan. Kearifan lokal yang kita miliki adalah aset berharga dalam upaya pelestarian bumi dan alam semesta. Kreativitas kita adalah suara kita dalam mengawal berbagai macam kebijakan yang rakus dan eksploitatif, yang tidak memikirkan dampaknya bagi kehidupan perempuan, dan masa depan anak,” papar Heron.
Ia berharap acara tersebut dapat menjadi momentum bersama untuk saling mengingatkan, saling bersinergi satu sama lain dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan prinsip-prinsip keadilan ekologi, keadilan iklim dan keadilan perempuan. [WLC02]
Discussion about this post