Sabtu, 12 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Kusta Bukan Penyakit Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan

Kamis, 10 Juli 2025
A A
WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa dan Menkes Budi Gunadi Sadikin berkunjung ke Sampang, Madura dalam program eliminasi kusta, 8 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.

WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa dan Menkes Budi Gunadi Sadikin berkunjung ke Sampang, Madura dalam program eliminasi kusta, 8 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Kusta bukan kutukan. Kusta adalah penyakit yang bisa disembuhkan. Pesan sederhana namun kuat ini ditegaskan WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa. Dalam upaya menghapus stigma dan memastikan pengobatan kusta menjangkau semua lapisan masyarakat, Sasakawa bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengunjungi Kabupaten Sampang, Madura, Selasa, 8 Juli 2025.

“Kusta hanya menjadi ancaman jika tidak ditemukan dan diobati,” kata Sasakawa dalam dialog hangat bersama pemerintah daerah dan tenaga kesehatan di sana.

Menurut Sasakawa, yang membuat kusta istimewa adalah dampak stigma dan diskriminasi yang tidak dialami penyakit lain. Bahkan jika orang tersebut sembuh total dari kusta, mereka masih akan disebut sebagai pasien kusta.

Baca juga: Konferensi Internasional Jadi Upaya Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO

“Anda mungkin tidak pernah mengatakan mantan pasien TB atau mantan pasien malaria,” kata Sasakawa.

Inilah yang membuat ia mendedikasikan lebih dari 50 tahun hidupnya untuk pemberantasan kusta.

“Ini satu-satunya penyakit yang juga disebutkan dalam Alkitab. Karena alasan-alasan tersebut, penyakit ini telah ditempatkan di bawah diskriminasi yang ditakuti, yang tidak ada pada penyakit lainnya,” imbuh dia.

Baca juga: Dietriech Geoffrey, Merkuri Masuk ke Perairan Lewat Limbah Industri hingga Keramba Jaring Apung

Dalam upaya menghilangkan stigma, Sasakawa mendorong pendekatan yang melibatkan pemimpin agama dan lembaga pendidikan.

“Menteri Kesehatan saja tidak akan dapat mencapai nol kusta. Kami juga membutuhkan dukungan dari sekolah. Mereka harus bertanggung jawab untuk mencoba menemukan lesi kulit di antara anak-anak di tingkat sekolah. Dan kami juga membutuhkan dukungan dari para pemimpin agama karena mereka akan berperan penting menghilangkan diskriminasi dan stigmatisasi ini,” ungkap dia.

Ia juga menekankan pentingnya dialog lintas agama untuk mendukung pemulihan martabat penyintas.

Baca juga: Bambang Hero dan Basuki Wasis Tak Gentar Hadapi Gugatan SLAPP Perusak Lingkungan di Pengadilan Cibinong

“Saya telah melakukan banyak pembicaraan dengan Paus dari Vatikan, sehingga kami dapat memperoleh bantuan dari para pemimpin agama. Kita perlu melakukan hal serupa juga kepada para pemimpin Muslim. Kita akan terus mendekati mereka untuk mendapatkan bantuan,” kata Sasakawa.

Menurut dia, Indonesia memiliki tantangan yang unik sekaligus peluang besar untuk menjadi contoh global dalam penghapusan kusta.

“Di Indonesia, ada lebih dari 17.000 pulau, dan mereka juga punya budaya serta sejarahnya sendiri. Jadi, itu salah satu tantangannya. Tapi kami sangat bersyukur dengan kehadiran Menteri Kesehatan ini, karena beliau mencoba membawa Zero Kusta dari negara ini dengan cara baru,” ujar Sasakawa.

Baca juga: Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma

Kusta masih menjadi tantangan kesehatan di sejumlah wilayah Indonesia. Penyakit menular yang sering disalahpahami sebagai kutukan atau aib ini sebenarnya bisa disembuhkan bila ditemukan lebih awal.

Sayangnya, stigma membuat banyak orang terlambat berobat hingga akhirnya mengalami kecacatan yang sebetulnya bisa dicegah. Sampang menjadi salah satu titik fokus program eliminasi kusta nasional karena memiliki angka kasus yang cukup tinggi.

“Di sini saya ingin memastikan tidak ada lagi orang yang merasa malu memeriksakan diri. Kusta bukan penyakit kutukan, bukan hukuman dari Tuhan. Ini penyakit menular yang bisa sembuh total. Kalau ditemukan cepat, enam bulan diobati bisa sembuh dan tidak menyebabkan cacat,” papar Budi.

Baca juga: Puncak Banjir dan Longsor Lagi, Menteri Hanif Cabut Izin Lingkungan dan Rehabilitasi Kawasan

Ia turut menyoroti kebiasaan lama yang kerap memisahkan penderita kusta dalam kawasan khusus yang dikenal sebagai kampung kusta.

“Kalau teman-teman pernah dengar kampung kusta, itu sebenarnya tidak terlalu tepat. Karena kusta setelah diobati dalam sebulan sudah tidak menular,” ujar dia.

Semakin banyak kasus, semakin baik

Kusta merupakan penyakit yang memiliki penularan lambat. Jauh lebih sulit menular dibandingkan TBC atau Covid-19. Penyakit ini tidak akan menyebabkan kematian apabila ditangani cepat. Tetapi stigma membuat orang terlambat mencari pertolongan.

Baca juga: BUMN Pertambangan Diminta Serahkan Laporan Tahunan Tepat Waktu

Dibandingkan penyakit lain, menurut Sasakawa, kusta sering kali tertinggal dalam prioritas pengendalian karena jumlah penderitanya relatif lebih kecil.

“Biasanya, kalau Menteri Kesehatan punya prioritas lain, seperti TB, malaria, atau HIV dan AIDS. Dari segi jumlah pasien, kusta jauh lebih sedikit, dua digit atau tiga digit dibandingkan penyakit-penyakit lainnya,” jelas dia.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: eliminasi kustaKabupaten Sampangkusta bisa disembuhkankusta bukan kutukanMenteri Kesehatan Budi Gunadi SadikinSasakawa Health FoundtionYohei Sasakawa

Editor

Discussion about this post

TERKINI

  • WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa dan Menkes Budi Gunadi Sadikin berkunjung ke Sampang, Madura dalam program eliminasi kusta, 8 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Kusta Bukan Penyakit Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan
    In Rehat
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Destinasi wisata di Danau Toba, Sumatra Utara. Foto Dok. Kemenpar.Konferensi Internasional Jadi Upaya Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO
    In Traveling
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dietriech G Bengen. Foto Dok. Alumni IPB.Dietriech Geoffrey, Merkuri Masuk ke Perairan Lewat Limbah Industri hingga Keramba Jaring Apung
    In Sosok
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Suasana konferensi pers soal gugatan SLAPP terhadap dua Guru Besar IPB University oleh PT KLM di YLBHI, 8 Juli 2025. Foto YLBHI.Bambang Hero dan Basuki Wasis Tak Gentar Hadapi Gugatan SLAPP Perusak Lingkungan di Pengadilan Cibinong
    In News
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Pertemuan International Leprosy Congress (ILC) di Nusa Dua, Bali pada 7 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma
    In News
    Selasa, 8 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media