Wanaloka.com – Presiden Prabowo Subianto menyerahkan lahan konsesi hutan tanaman industri PT Tusam Hutani Lestari miliknya, seluas 90 ribu hektare lahan di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah untuk kawasan perlindungan gajah. Aksi hasil kolaborasi dengan World Wide Fund for Nature (WWF) ini dinilai merupakan langkah besar untuk menjaga keberlanjutan spesies gajah Sumatera yang kini terancam punah.
Meski demikian, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM Prof. Wisnu Nurcahyo mengingatkan, bahwa efektivitas konservasi tetap bergantung pada kepastian status lahan dan kesesuaian habitat.
“Kalau ingin dibuat seperti taman nasional akan lebih bagus. Tapi tantangan terbesarnya status lahan yang sering tumpang tindih dengan kebun sawit, tambang, dan permukiman masyarakat,” ujar Wisnu, Selasa, 22 Juli 2025.
Baca juga: Lebih Dua Dekade, Baleg dan Komisi XIII DPR Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat
Ia menjelaskan, konservasi yang ideal harus dilakukan di habitat asli gajah yang masih menyediakan pakan dan air alami. Bukan di areal bekas perkebunan atau dekat pemukiman.
Ia juga menekankan pentingnya pelibatan masyarakat lokal dan LSM dalam proses konservasi, selain dukungan dari organisasi seperti WWF.
“Pemerintah sudah punya strategi dan rencana aksi konservasi gajah, tinggal implementasinya. Itu butuh kolaborasi dan pendanaan dari pemerintah, CSR perusahaan, hingga lembaga donor internasional,” jelas dia.
Baca juga: Fondasi Gedung Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya Sedalam 30 Meter
Lebih lanjut, Wisnu menyoroti terbatasnya anggaran pemerintah untuk konservasi gajah. Ia menyebut banyak anak gajah mati karena virus EEHV dan gajah dewasa menjadi korban perburuan liar atau jerat.
“Anggaran untuk patroli dan perawatan medis sangat minim. Padahal ini krusial untuk menyelamatkan populasi yang tersisa,” imbuh dia.
Ia berharap konservasi gajah menjadi tanggung jawab bersama. Ia menyatakan UGM siap berperan melalui riset, edukasi, dan kolaborasi lapangan. Sebab, konservasi tidak cukup dari pemerintah saja, tapi butuh gerakan kolektif semua pihak.
Baca juga: Karhutla di Riau, 29 Orang Tersangka dan Luas Lahan Terdampak Capai 1.000 Hektare
“Dengan langkah berani, kolaborasi nyata, dan dukungan ilmu pengetahuan, konservasi gajah bukan hanya mungkin. Tapi perlu menjadi komitmen bersama demi masa depan yang lebih lestari,” kata dia.
Lahan konservasi gajah
Discussion about this post