Erupsi Gunung Marapi yang terjadi ditandai dengan keluarnya asap kawah berwarna putih-kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi mencapai 300-500 di atas puncak kawah. Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) mencatat letusan Marapi kali ini terekam dengan amplitudo 30 milimeter (mm) dalam durasi 85 detik.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Fajar Sukma mengatakan erupsi Marapi kemarin tidak berdampak signifikan terhadap masyarakat. Status Marapi juga masih bertahan di level II atau “Waspada”’
Baca Juga: FGD Peta Jalan Teknologi dan Inovasi dalam Industrialisasi Kebencanaan
“Belum ada dampak erupsi. Aktivitas masyarakat berjalan seperti biasanya,” jelas Fajar pada 22 Desember 2023.
Lantaran berstatus “Waspada”, masyarakat dan pengunjung direkomendasikan untuk tidak memasuki dan dilarang melakukan kegiatan di dalam wilayah radius tiga km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek).
Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran atau bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi diminta selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi, terutama saat musim hujan.
Baca Juga: Aroma Dugaan Korupsi Sektor Tambang Gubernur Maluku Utara, Jatam: Usut!
Demi mencegah dan menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan abu vulkanik, masyarakat yang berada di sekitar Gunung Marapi agar menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Dan apabila terjadi hujan abu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Masyarakat yang ada di sekitar Marapi dan seluruh pihak agar menjaga kondusivitas dengan tidak menyebarkan narasi bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat. [WLC02]
Discussion about this post