Salah satu petani Kiarasari, Maman, 50 tahun mengaku bioimunisasi membuat perkecambahan lebih baik.
Baca Juga: 15 Warga Tewas Akibat Banjir dan Longsor di Sulawesi Selatan
“Bahkan yang tumbuh jauh lebih banyak. Saya jadi kelebihan bibit, sehingga banyak disumbangkan ke teman yang membutuhkan,” ujar dia.
Penggunaan teknologi tersebut juga membuat petani menghemat biaya karena hanya menggunakan pestisida sebanyak satu kali. Biasanya, ia bisa menyemprot tanaman hingga 10 kali.
“Teknologi ini juooss. Sayangnya banyak yang belum tahu saja. Jadi, teknologi ini harus disebarluaskan supaya petani lebih banyak yang tahu,” terang Vektor, 42 tahun, petani Ciasem Girang yang juga petani peserta program.
Baca Juga: Data UNESCO 44 Jurnalis Lingkungan Dibunuh dalam 15 Tahun
Menurut dia, teknologi bio-imunisasi benih tersebut memiliki pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman padi. Mulai dari persemaian yang daya perkecambahannya hampir mencapai 100 persen. Pertumbuhan bibit juga merata, akar tumbuh lebih lebat.
Dengan keandalan dan juga biaya yang murah, Suryo Wiyono meyakini teknologi itu siap untuk diterapkan pada skala yang lebih besar. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post