Butuh waktu panjang, personil dengan kompetensi khusus, dan dana yang besar untuk survei konvensional padang lamun di Indonesia. Apalagi data historis terkait distribusi spasial dan temporal padang lamun sangat minim.
“Kami terus mengembangkan metode pengolahan data pengindraan jauh untuk memetakan padang lamun,” imbuh Pramaditya.
Penginderaan Jarak Jauh Jadi Solusi
PRO-BRIN menjadi walidata padang lamun untuk memanfaatkan data penginderaan jauh (inderaja) dalam memvalidasi luas padang lamun Indonesia hingga tahun 2018. Hal ini selaras dengan rekomendasi aksi dari PBB (UNEP) terkait pengelolaan padang lamun yang menyebutkan, bahwa penginderaan jauh menjadi pendekatan utama dalam melengkapi global dataset distribusi spasial padang lamun yang masih belum lengkap. Selain itu, memetakan jasa ekosistem padang lamun yang saat ini masih sangat terbatas.
“Ekosistem karbon biru di Indonesia sangat luas. Apabila informasi tersebut dapat diperoleh dan Indonesia berhasil memasukkan kontribusi ekosistem karbon biru ke dalam NDCs, peran Indonesia dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim akan semakin signifikan,” papar Pramaditya.
Sejak 2013, Coastal Biodiversity Remote Sensing Research Group Fakultas Geografi UGM terus mengembangkan berbagai metode penginderaan jauh untuk memetakan berbagai macam parameter ekosistem karbon biru, termasuk padang lamun dan hutan mangrove. Beberapa di antaranya adalah metode pemetaan distribusi spasial dan temporal, spesies, persentase tutupan, leaf area index, cadangan karbon, dan serapan karbon padang lamun.
Baca Juga: Manusia Tinggal Punya Waktu 7 Tahun Lagi untuk Menjaga Bumi
Khusus padang lamun, melalui research group ini juga telah mengembangkan perpustakaan spektral (spectral library) berbagai spesies lamun di Indonesia. Saat ini juga tengah mengembangkan algoritma dan toolbox untuk pemetaan cadangan dan serapan karbon padang lamun secara otomatis. Dalam memetakan dan memantau dinamika padang lamun serta menganalisis dampak aktivitas manusia terhadap perubahan luas tutupan padang lamun dan runtuhnya ekosistem padang lamun dilakukan bersama dengan PRO BRIN dan Wageningen University.
Banyak pihak terlibat dalam pemetaan ini. Mulai dari dosen, peneliti, hingga mahasiswa. Institusi dalam negeri di antaranya Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (sekarang menjadi Pusat Riset Oseanografi BRIN), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Informasi Geospasial, Universitas Hasanuddin, dan Lapan (sekarang menjadi Pusat Riset Antariksa BRIN). Lembaga luar negeri di antaranya The University of Queensland, Wageningen University and Research, dan TH Koeln (Cologne University of Applied Sciences). [WLC02]
Sumber: ugm.ac.id.
Discussion about this post