Wanaloka.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil mengidentifikasi adanya sesar baru yang menjadi penyebab gempa Sumedang yang terjadi pada 31 Desember 2023 lalu. Sesar baru tersebut diketahui belum pernah terpetakan sebelumnya.
“Memperhatikan sebaran gempa bumi susulan, tatanan tektonik (tectonic setting), dan analisis mekanisme sumbernya, gempa bumi tersebut disebabkan sesar aktif yang melewati Kota Sumedang yang semula belum terpetakan. Untuk selanjutnya, sesuai analisis data seismisitas BMKG disebut Sesar Sumedang,” papar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalan konferensi pers di Jakarta, Senin, 8 Januari 2024.
BMKG, menurut Dwikorita, juga telag melakukan survei dan sejumlah kajian. Antara lain survei seismisitas, survei makroseismik, survei mikrozonasi, survei deformasi, pemotretan udara dengan lidar, evaluasi morfotektonik, dan survei struktur sesar bawah permukaan.
Baca Juga: Tanpa Dokumen, Pengiriman 787 Burung Liar ke Jakarta Digagalkan
“Survei-survei tersebut dilakukan untuk memetakan aktivitas dan sebaran gempa bumi serta mengetahui secara detail penyebab utama terjadinya gempa bumi tersebut, termasuk mengidentifikasi dan memvalidasi jalur sesar,” papar dia.
Gempa Merusak Tahun 1955 dan 1972
Seperti diketahui, Kabupaten Sumedang diguncang gempa bumi berkekuatan M4,8. Berlokasi episenter pada koordinat 6,85 derajat LS dan 107,94 derajat BT, atau tepatnya di darat pada jarak 2 km Timur Laut dari pusat Kota Sumedang, Jawa Barat dan pusat kedalaman gempa (hiposenter) 5 km dari permukaan bumi.
Berdasarkan analisa BMKG, gempa bumi tersebut diawali dengan dua gempa pendahuluan yang terjadi pada pukul 14.35 WIB berkekuatan M4,1 dan pukul 15,38 WIB berkekuatan M3,4. Kemudian diikuti beberapa kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi antara M2,4 – 4,5.
Baca Juga: Kisah Pasang Surut Teknologi Peringatan Dini Bencana Gempa
Gempa bumi yang terjadi pada 31 Desember 2023 merupakan gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif, dengan mekanisme sumber merupakan kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault), berarah cenderung Utara-Selatan.
Hasil monitoring dampak kerusakan akibat gempa secara visual (makroseismik) dan dengan menggunakan peralatan akselerograf menunjukkan, bahwa guncangan gempa bumi tersebut mencapai skala intensitas V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity). Artinya, guncangannya kuat dan menimbulkan kerusakan.
Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, gempa bumi tersebut mengakibatkan 10 orang luka-luka dan 138 rumah rusak. Kerusakan tersebar di Sumedang, meliputi Kecamatan Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Tanjungmedar, Tanjungkerta, Jatinangor, Pamulihan, Rancakalong, dan Surian. Serta di Kabupaten Bandung, meliputi Kecamatan Arjasari dan Cicalengka.
Baca Juga: Alat Praktis Deteksi Dini Penyakit Jantung yang Jangkau Pelosok Buatan Tim Unpad
Discussion about this post