Minggu, 13 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Ada Elang Caraka dan SPORC untuk Amankan Hutan, Begini Cara Kerjanya

Elang Caraka adalah pesawat tanpa awak untuk mendeteksi dini kebakaran hutan. Sedangkan keberadaan SPORC untuk mengamankan hutan dari tindak kejahatan harus dengan cara kolaborasi.

Sabtu, 8 Januari 2022
A A
Ilustrasi kebakaran hutan. Foto Geralt/pixabay.com.

Ilustrasi kebakaran hutan. Foto Geralt/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Beberapa tahun belakangan kawasan hutan Indonesia mengalami penyusutan akibat peristiwa kebakaran hutan dan pembalakan liar. Sementara kondisi geografis berupa medan lahan gambut yang luas, kurangnya akses jalan, terbatasnya sumber daya manusia, dan minimnya fasilitas menimbulkan masalah besar untuk mendeteksi titik api dan pemadaman dini kebakaran.

“Ketika hutan terbakar, jarang ada yang mengetahui titik terbakar hutan tersebut,” kata Peneliti Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM, Gesang Nugroho dalam laman ugm.ac.id, Kamis, 6 Januari 2022.

Menurut Gesang diperlukan alat pendeteksi dini titik api di hutan untuk menghindari meluasnya kebakaran hutan dan lahan gambut (karhutla). Bersama tim yang dipimpinnya, Gesang bersama tim mengembangkan pesawat tanpa awak yang diberi nama Elang Caraka. Pesawat ini berfungsi melakukan deteksi dini kebakaran untuk mencegah meluasnya karhutla di Indonesia.

Baca Juga: Bencana Hidrometeorologi di Kota Jayapura, 6 Orang Meninggal Dunia

“Operator dapat mengendalikan pesawat tanpa awak dari jarak jauh serta melihat rekaman gambar secara langsung melalui monitor yang ada di Ground Control Station,” terang Gesang.

Pesawat tanpa awak Elang Caraka. Foto ugm.ac.id
Pesawat tanpa awak Elang Caraka. Foto ugm.ac.id

Pesawat tanpa awak ini dirancang mampu terbang selama enam jam dengan jarak tempuh 200 kilometer untuk melakukan pengawasan wilayah secara autonomous. Bentang sayapnya sepanjang 3,6 meter dan badan pesawat sepanjang  1,92 meter. Mesinnya berkapasitas 30 cc untuk menerbangkan pesawat yang berbobot 20 kilogram dan hanya memerlukan landasan sepanjang 90 meter untuk lepas landas dan mendarat.

Pesawat ini dilengkapi kamera thermal atau kamera suhu untuk mengirimkan rekaman udara secara langsung yang dapat dilihat di darat. Sedangkan untuk mendeteksi kebakaran menggunakan sensor cerdas electrical nose (Enose) yang mampu mendeteksi asap yang ditunjukkan peningkatan grafik output dari sensor cerdas dibanding dengan kondisi normal tanpa asap.

“Enose bekerja seperti halnya hidung manusia, menggunakan larik sensor gas yang mampu mendeteksi asap tersebut,” kata Gesang.

Baca Juga: Awal Tahun 2022, Kabupaten Bungo Dilanda Bencana Hidrometeorologi

Elang Caraka juga mampu dioperasikan pada siang maupun malam. Sekaligus menjadi solusi atas patroli selama ini yang menggunakan helikopter. Selain berbiaya mahal, pemantauan titik api dengan helikopter hanya bisa dilakukan pada siang hari.

“Dengan Elang Caraka, kami berharap tim pemadam dapat memadamkan api secara langsung sebelum membesar dan meluas,” kata Gesang, sehingga kebakaran hutan bisa ditanggulangi.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Elang CarakaEnoseFOLU Net Sink 2030Gesang NugrohokarhutlaKebakaran hutanKLHKLabuan Bajopembalakan liarpesawat tanpa awakProgram Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UGMRasio Ridho SaniSPORC

Editor

Next Post
Ilustrasi anak-anak Indonesia. Foto aditiotantra/pixabay.com.

PTM 100 Persen, Ini Persiapan Anak Jelang Vaksinasi Covid-19

Discussion about this post

TERKINI

  • WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa dan Menkes Budi Gunadi Sadikin berkunjung ke Sampang, Madura dalam program eliminasi kusta, 8 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Kusta Bukan Penyakit Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan
    In Rehat
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Destinasi wisata di Danau Toba, Sumatra Utara. Foto Dok. Kemenpar.Konferensi Internasional Jadi Upaya Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO
    In Traveling
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dietriech G Bengen. Foto Dok. Alumni IPB.Dietriech Geoffrey, Merkuri Masuk ke Perairan Lewat Limbah Industri hingga Keramba Jaring Apung
    In Sosok
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Suasana konferensi pers soal gugatan SLAPP terhadap dua Guru Besar IPB University oleh PT KLM di YLBHI, 8 Juli 2025. Foto YLBHI.Bambang Hero dan Basuki Wasis Tak Gentar Hadapi Gugatan SLAPP Perusak Lingkungan di Pengadilan Cibinong
    In News
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Pertemuan International Leprosy Congress (ILC) di Nusa Dua, Bali pada 7 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma
    In News
    Selasa, 8 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media