Wanaloka.com – Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan disorot lantaran ditangkap Kejaksaan Agung karena mengoplos bahan bakar minyak (BBM) RON 92 dengan RON 90. Menurut Jampidsus Kejaksaan Agung, Riva sengaja membeli minyak mentah RON 90 atau setara Pertalite, kemudian dioplos sedemikian rupa sehingga menjadi RON 92 atau setara Pertamax.
Beredar luas pula rekaman di medsos yang konon berisi hasil penggeledahan di rumah Riza Chalid. Berdasarkan hasil penggeledahan di rumah tersebut dan pengakuan sembilan tersangka, informasi mengarah pada perampokan uang negara mencapai hampir Rp1.000 triliun akibat pengoplosan itu.
Kejahatan tersebut membuat masyarakat marah lantaran peristiwa pengoplosan diduga terjadi sejak 2018 hingga 2023. Kemudian Direktur Utama PT Pertamina Persero diganti oleh Simon Aloysius Mantiri.
Usai penetapan sembilan tersangka, Mantan Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diminta keterangan Kejaksaan Agung untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan mega korupsi Pertamina itu. Tidak banyak informasi relevan disampaikan Ahok. Bahkan ia mengatakan penyidik Kejagung memiliki data lebih lengkap dibanding data miliknya.
Pengamat Ekonomi Energi UGM dan Mantan Anggota Tim Anti Mafia Migas, Fahmy Radhi menganalisis, semenjak beredarnya rekaman tersebut hingga kini tidak ada pihak yang menyangkal atau membenarkannya. Seperti sebelumnya, perampokan uang negara dilakukan jaringan terorganisir yang melibatkan elit pemerintahan, aparat keamanan, pengusaha dan para pembantunya.
“Jaringan terorganisirnya ini serupa dengan mafia migas yang beroperasi di Petral, anak perusahaan Pertamina di Singapura. Saat itu, Tim Anti Mafia Migas yang diketuai almarhum Faisal Basri, mengendus perampokan uang negara melalui modus bidding dan markup blending impor BBM Premium (RON 88) yang dilakukan oleh Petral,” ungkap Fahmy di Kampus UGM, Jumat, 14 Maret 2025.
Ia menyayangkan kelanjutan hasil endusan Tim Anti Mafia Migas saat itu. Sehubungan tidak memiliki kewenangan penyidikan, tim hanya melaporkan temuan kepada lembaga anti rasuah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam diskusi saat penyerahan hasil temuan tersebut, KPK juga menyatakan memiliki informasi serupa. Namun tidak menemukan alat bukti dan mengaku kesulitan dalam penyelidikan. Sebab Petral berada di Singapura dengan posisi di luar teritorial Indonesia.
Tim Anti Mafia Migas akhirnya hanya merekomendasikan kepada pemerintah untuk menghentikan impor BBM Premium yang menjadi sasaran perampokan dan membubarkan Petral saat itu.
“Petral memang menjadi sarang mafia migas. Saat itu, Presiden Joko Widodo setuju dan mendukung pembubaran Petral,” terang dia.
Sejak saat itu, penyidikan kasus Petral dihentikan dan tidak ada satu pun yang menjadi tersangka. Sementara terkait kasus dugaan mega korupsi Pertamina, Fahmy meminta Presiden Prabowo Subianto memiliki komitmen kuat agar penyidikan kasus tersebut tidak terhenti seperti kasus Petral.
“Semua tentu berharap Presiden berkomitmen dan serius membongkar ini. Siapa pun yang terlibat dalam jaringan terorganisir harus ditindak tegas secara hukum,” harap dosen Sekolah Vokasi UGM ini.
Legislator curiga ada mafia migas
Sejauh ini, Anggota Komisi VI Darmadi Durianto menyatakan belum mendengar gerakan apa pun yang dilakukan Simon dari kasus dugaan korupsi kepada perusahaan pelat merah itu. Ia mencurigai perusahaan migas milik negara itu berpotensi jadi sarang mafia.
“Saya waktu pertama sudah ngomong, Bapak masuk ke sarang mafia. Dulu saat Riva masih di Patra, saya juga sering serang dia di RDP soal gas. Saya pertanyakan itu di dalamnya ada mafia gas,” ucap Darmadi dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI dengan PT Pertamina dan jajaran subholding di ruang rapat Komisi VI DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa, 11 Maret 2025.
Ia menyatakan, bahwa Simon tidak bisa diminta pertanggungjawaban sepenuhnya atas kasus korupsi yang terjadi tahun 2018 hingga 2023. Sebab saat korupsi berlangsung, Simon belum menjabat sebagai Dirut Pertamina.
“Yang menjadi catatan dari kasus ini, Dirut baru harus membuat gerakan dalam membenahi Pertamina,” tegas Darmadi.
Discussion about this post