Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM, Muhammad Wafid meminta masyarakat sekitar Gunung Semeru untuk mewaspadai awan panas, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai, lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Wafid menegaskan aktivitas Gunung Semeru berupa erupsi, awan panas dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.
“Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Semeru. Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru, berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan,” tutur Wafid dalam siaran pers pada Jumat, 29 Maret 2024.
Baca Juga: Ratusan Warga Terdampak Banjir Longsor di Luwu dan Palopo
Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Semeru pada Level III (Siaga) Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat, pengunjung, wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai, lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. [WLC01]
Sumber: Badan Geologi
Discussion about this post