Pengamatan kegempaan pada periode 1-27 Januari 2025 mencatat terjadi sebanyak 1.747 kali gempa letusan, 87 kali gempa guguran, 2.976 kali gempa hembusan, 427 kali gempa harmonik, 25 kali gempa tornillo, 11.746 kali gempa vulkanik dangkal, 665 kali gempa vulkanik dalam, 88 kali gempa tektonik lokal, 1 kali gempa terasa (Skala IV MMI), dan 522 kali gempa tektonik jauh.
Pengamatan kegempaan pada tanggal 28 Januari 2025 hingga pukul 12.00 WIT mencatat kegempaan terjadi sebanyak 31 kali gempa letusan/erupsi, 39 kali gempa hembusan, 7 kali tremor harmonik, 168 kali gempa vulkanik dangkal, 7 kali gempa vulkanik dalam, 2 kali gempa tektonik lokal, dan 6 kali gempa tektonik jauh.
Pengamatan data deformasi dari pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) pada reflektor Tolisaor 1 (bawah) dan Tolisaor 2 (atas) menunjukkan tren deflasi.
Baca juga: Ekspedisi Antartika, Ungkap Kayu Usia 130 Tahun dan Batuan Tertua di Bumi
Erupsi sejak 1911
Gunung Ibu merupakan gunungapi tipe strato yang memiliki tinggi puncak 1.340 meter di atas permukaan laut pada koordinat 1 derajat 29′ LU dan 127 derajat 38′ BT. Secara administratif, gunung ini termasuk di wilayah Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Sedangkan lokasi PGA di Desa Gam Ici, Kecamatan Ibu.
Dalam sejarah aktivitas vulkaniknya, letusan Gunung Ibu tercatat sejak tahun 1911. Mulai tahun 1998 muncul sumbat lava yang kemudian tumbuh menjadi kubah lava. Seiring dengan pertumbuhan kubah lava, terjadi erupsi-erupsi dengan intensitas lemah hingga sedang.
Sejak tahun 2020-2023, frekuensi erupsinya semakin berkurang setiap hari, namun kolom letusan cenderung bertambah tinggi. Kondisi ini berhubungan dengan meningkatnya gempa-gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam. Saat ini, kubah lava di Gunung Ibu telah melampaui dinding kawah sehingga mengakibatkan terjadinya guguran lava ke arah utara dan barat laut. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM
Discussion about this post