“Menemukan Rafflesia dalam kondisi bunga mekar atau dalam bentuk knop bukan hal mudah. Dibutuhkan informasi akurat dari komunitas lokal agar penelitian tidak sia-sia,” ungkap dia.
Selain temuan Rafflesia hasseltii, riset ini membuka peluang untuk menemukan jenis-jenis Rafflesia baru yang belum terdokumentasi secara ilmiah. Ia berharap Indonesia bisa menjadi pusat penelitian dan konservasi Rafflesia dunia.
“Dengan kolaborasi internasional dan pendekatan sains yang kuat, kami bisa memastikan bunga langka ini tetap lestari,” harap Joko.
Baca juga: Tiga Jalur Masuk Mikroplastik ke Tubuh Ibu Hamil
Riset kolaboratif internasional
Joko juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga habitat Rafflesia. Pada akhir kegiatan penelitian ini, tim peneliti yang dikoordinir oleh BRIN akan menyusun policy paper atau naskah kebijakan sebagai rekomendasi strategi konservasi Rafflesia nasional.
“Sebagai scientific authority, BRIN bertanggung jawab memberikan dasar ilmiah bagi kebijakan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia,” tutur dia.
Penelitian ini merupakan bagian dari riset kolaboratif antara BRIN, Universitas Bengkulu, dan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu dalam projek bertajuk “The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia”. Projek itu bertujuan merekonstruksi hubungan filogenetik seluruh jenis Rafflesia di Asia Tenggara. Penelitian mendapatkan dukungan dana dari the University of Oxford Botanic Garden and Arboretum dan Program RIIM Ekspedisi dari BRIN.
Menurut Joko, riset ini menegaskan posisi Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia, bersama Filipina.
Baca juga: Warga Jogo Banyu Desak DPRD DIY Libatkan Masyarakat Bahas Raperda Tambang
Penelitian yang dimulai sejak awal 2025 ini melibatkan kolaborasi lintas negara dengan dukungan dana dari the University of Oxford Botanical Garden and Arboretum. Tim BRIN bertanggung jawab penuh atas pengumpulan dan analisis sampel di Indonesia, sementara negara lain seperti Malaysia dan Filipina melakukan riset paralel di wilayahnya masing-masing.
“Kami pastikan tidak ada material genetik yang keluar dari Indonesia. Semua proses riset dilakukan secara legal dan berizin,” tegas dia.
Melalui riset ini, BRIN tidak hanya memperkaya pengetahuan tentang keanekaragaman hayati, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi ilmiah global di bidang biologi dan konservasi. Temuan ini menjadi bukti nyata bahwa riset kolaboratif berbasis data genetik mampu memberikan kontribusi penting bagi ilmu pengetahuan dan keberlanjutan lingkungan. [WLC02]
Sumber: BRIN







Discussion about this post