Wulan menjelaskan, minyak goreng yang mutunya kurang baik dapat memiliki kinerja yang lebih rendah, dengan indikasi minyak goreng cepat berasap saat dipanaskan. Minyak goreng cepat berubah warna keruh dan menjadi gelap kecoklatan. Minyak goreng terasa lebih kental. Minyak goreng lebih cepat berbuih/berbusa. Produk gorengan yang dihasilkan cenderung lebih berminyak.
Risiko bagi tubuh
Selain itu, terdapat risiko bahaya keamanan pangan dari konsumsi minyak goreng bermutu rendah. Selama penggunaannya, minyak goreng akan mengalami perubahan komponen kimia penyusunnya, antara lain berupa kenaikan asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan komponen hasil degradasi minyak selanjutnya akibat reaksi kimiawi yang dapat bersifat sebagai radikal bebas.
Jika terlalu banyak mengonsumsi produk pangan yang digoreng dengan minyak yang bermutu buruk, maka risiko asupan komponen kimia berbahaya semakin tinggi.
“Juga akan berdampak negatif bagi kesehatan tubuh manusia. Dampak yang dapat terjadi berupa peningkatan risiko terjadinya penyakit degeneratif dan kronis,” imbuh dia.
Wulan menyarankan untuk menghentikan penggunaan minyak goreng yang bermutu rendah, dan beralih mengonsumsi minyak yang bermutu baik. Selain itu, banyak mengonsumsi jenis pangan lainnya yang tinggi serat, vitamin, dan antioksidan seperti buah dan sayur segar untuk mengurangi dampak asupan bahan kimia yang berbahaya atau bersifat radikal bebas. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post