Namun untuk membangun literasi kebencanaan yang kuat membutuhkan sinergi dan kerja sama pentaheliks, yaitu pelibatan pemerintah, pakar atau akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media massa. Kolaborasi yang kuat akan mempercepat langkah penyebaran pengetahuan tentang bencana, sehingga masyarakat semakin kuat dalam mendukung kebijakan dan strategi penanggulangan bencana.
“Itu pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan,” aku Dwikorita.
Anggota DPR Komisi V, Lasmi Indaryani menambahkan, Kebumen dan daerah di sepanjang selatan Jawa sangat membutuhkan SLG untuk meminimalisir jatuhnya korban apabila sewaktu-waktu gempa bumi dan tsunami terjadi.
Baca Juga: Arief Yuwono: Perbanyak Larva BSF dalam Sampah Cegah Lalat Vektor Penyakit Berbiak
“Gempa dan tsunami adalah kehendak Tuhan. Karena tidak dapat diprediksi, mau tidak mau, suka tidak suka harus siap. Kesiapan ini harus disertai edukasi melalui SLG ini,” kata Lasmi.
SLG yang digelar mulai 30 September-1 Oktober 2023 itu diikuti 50 peserta. Mereka berasal dari berbagai kalangan, seperti TNI, Polri, BASARNAS, SATPOL PP, PMI, perwakilan SKPD, kecamatan, kelurahan/desa, relawan dan masyarakat umum.
Materi SLG menekankan urgensi persiapan terhadap gempa bumi dan tsunami yang sulit diprediksi secara akurat. BMKG tengah melakukan upaya maksimal untuk meningkatkan tingkat akurasi prediksi gempa bumi hingga mencapai 90 persen. SLG bertujuan melatih peserta dalam keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi darurat, termasuk pemasangan rambu peringatan dan jalur evakuasi. Fokus utama SLG adalah mempersiapkan individu agar mampu bertindak dengan tenang, lancar, terampil, dan cepat dalam menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post