Curah hujan sangat rendah pada Agustus 2024 berpotensi terjadi di Lampung , Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan dan Tenggara. Sedangkan curah hujan pada September 2024 masih berpeluang terjadi di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur. Pada Oktober 2024, kondisi serupa dialami di sebagaian Jatim, Nusa Tenggara Barat dan Timur.
Berdasarkan hasil monitoring hotspot yang dilakukan dengan satelit menunjukkan kemunculan beberapa hotspot awal di daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Jadi perlu perhatian khusus untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di sepanjang musim kemarau.
“Memperhatikan dinamika atmosfer jangka pendek terkini, masih terdapat jendela waktu yang sangat singkat yang bisa dimanfaatkan secara optimal sebelum memasuki periode pertengahan musim kemarau,” terang dia.
Baca Juga: Banjir Bandang OKU 6 Orang Meninggal, BNPB Salurkan Dana dan Logistik
BMKG memberi sejumlah rekomendasi teknis yang bisa dilakukan untuk langkah mitigasi dan antisipasi. Meliputi penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk pengisian waduk-waduk di daerah yang berpotensi mengalami kekeringan saat musim kemarau. Juga membasahi dan menaikkan muka air tanah di daerah rawan karhutla ataupun di lahan gambut.
“Agar modifikasi cuaca berlangsung efektif dan efisien dalam memitigasi potensi bencana kekeringan, BMKG berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Pertanian dapat memastikan koneksitas jaringan irigasi dari waduk ke kawasan yang terdampak kekeringan benar-benar memadai,” terang Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca, Tri Handoko Seto.
BMKG juga merekomendasikan pemerintah daerah agar segera mengoptimalkan secara lebih masif upaya untuk memanen air hujan di daerah yang masih mengalami hujan atau transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Pemanenan dapat dilakukan melalui tandon-tandon atau tampungan-tampungan air, embung-embung, kolam-kolam retensi, sumur-sumur resapan, dan lainnya seiring dengan upaya mitigasi dampak kejadian ekstrem hidrometeorologi basah yang sedang dilakukan.
Baca Juga: BNPB Petakan Titik Potensi Bencana Susulan Galodo di Tanah Datar
“Pola dan waktu tanam pertanian untuk iklim kering di wilayah terdampak dapat menyesuaikan,” kata Dwikorita.
BMKG juga akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Menteri Pertanian dan Gubernur dari provinsi terdampak. BMKG berharap informasi peringatan dini kesiapsiagaan musim kemarau dapat dimanfaatkan secara efektif oleh pemerintah pusat dan daerah. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post