“Setiap inovasi itu hal baik. Tapi semuanya perlu pembuktian, apakah kualitasnya tepat untuk digunakan masyarakat. Itu harus diuji,” ujar Ramson di Gedung Nusantara I DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin, 17 November 2025.
Saat ditanya mengenai dukungan Komisi XII terhadap langkah Kementerian ESDM untuk melakukan uji teknis terhadap Bobibos, Ramson menyatakan dukungan penuh. Ada lembaga di bawah Kementerian ESDM yang dapat menguji produk minyak apakah memenuhi syarat atau tidak.
Baca juga: Tanah Longsor di Cilacap, 3 Tewas dan 20 Orang Belum Ditemukan
Menurut dia, uji coba merupakan prasyarat mutlak agar BBM baru dapat digunakan secara aman dan memenuhi standar nasional.
“Harus ada uji coba dan pembuktian bahwa produk tersebut benar-benar sesuai standar untuk digunakan di lapangan,” lanjut dia.
Beberapa pekan terakhir, masyarakat dikejutkan kemunculan BBM alternatif berbahan dasar nabati yang diberi nama Bobibos. BBM ini diklaim dibuat dari jerami hasil panen petani, bahkan disebut bahan bakar alternatif ramah lingkungan.
Baca juga: Warga Pulubala Dikriminalisasi, Mendesak Izin Perusahaan Sawit Dicabut
Bobibos dikembangkan PT Inti Sinergi Formula, bagian dari PT Sultan Sinergi Indonesia, sebuah holding company yang bergerak di sektor strategis seperti energi, infrastruktur, perhotelan, pertambangan, perkebunan, properti, hingga transportasi.
Direktur Utama PT Sultan Sinergi Indonesia sekaligus pembina Bobibos adalah Mulyadi, Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Gerindra. Nama Bobibos sendiri merupakan singkatan dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos. Produk ini hadir dalam dua varian, yakni warna putih untuk mesin bensin dan warna merah untuk mesin solar (diesel).
Founder Bobibos, M. Ikhlas mengklaim jerami dari satu hektare sawah dapat menghasilkan sekitar 3.000 liter BBM Bobibos. Pemanfaatan jerami dapat menjadi nilai tambah ekonomi bagi petani tanpa mengganggu produksi beras. Menurut klaim perusahaan, Bobibos memiliki RON 98–98,1 dan tingkat emisi yang rendah.
Baca juga: KKP Klaim Sertifikasi Udang Bebas Cs-137, Petambak Lampung Lapor Harga Masih Anjlok
Ikhlas menjelaskan jerami yang dikumpulkan akan melalui rangkaian proses teknologi biokimia (biochemistry extraction) hingga menjadi bahan bakar. Salah satu tahap krusialnya adalah penyuntikan serum khusus yang disebut dapat mengubah jerami menjadi energi. Ia menyatakan ada lima tahapan utama dalam proses tersebut.
“Jerami dikelola untuk ekstraksi dengan biochemistry menggunakan mesin yang kami rancang dari nol,” klaim Ikhlas.
Terlepas dari perdebatan publik, pemilik Bobibos mengumumkan produk tersebut telah memiliki nilai oktan RON 98,1. Selain itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan pihak Bobibos disebut telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) sebagai bentuk kolaborasi awal dalam pengembangan bahan bakar alternatif tersebut.
Baca juga: KKP Klaim Sertifikasi Udang Bebas Cs-137, Petambak Lampung Lapor Harga Masih Anjlok
Namun demikian, pihak Kementerian ESDM menyatakan sebelum Bobibos dapat diproduksi massal dan dipasarkan secara luas, produk tersebut harus melalui uji kelayakan resmi, termasuk pengujian kualitas, keamanan, dan kesesuaian standar nasional.
Ramson kembali menegaskan, bahwa Komisi XII menyambut baik inovasi energi yang dapat menjadi solusi bagi masa depan. Namun, ia memastikan bahwa semua klaim harus diproses melalui prosedur ilmiah dan regulasi yang berlaku. [WLC02]
Sumber: IPB University, DPR







Discussion about this post