Ada dua kelompok riset di PRTDBBNLR yang terlibat dalam kerja sama ini. Pertama, Kelompok Riset (Kelris) Teknologi Geologi Nuklir menggunakan teknologi nuklir untuk mencari uranium dan torium. Kelris ini berusaha untuk menginventarisasi potensi dan sumber daya uranium dan torium di Indonesia, yang juga menghasilkan data potensi dan sumberdaya mineral lainnya.
Kedua, Kelris Teknologi Pengolahan Bahan Baku Nuklir akan melakukan penelitian untuk pengembangan di bidang pengolahan uranium, torium dan logam tanah jarang dari berbagai jenis batuan di Indonesia.
“Ada sekitar 89 ribuan ton uranium dan 140 ribuan ton torium yang sudah diinventarisasi potensinya di Indonesia. Termasuk LTJ atau rare earth metals di dalamnya. Inilah data yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, terutama Kementerian ESDM,” ungkap Syaiful.
Sementara logam tanah jarang atau unsur logam langka adalah kumpulan 17 unsur kimia. Di antaranya ada scandium, yttrium, dan golongan lantanida yang dibutuhkan untuk pengembangan industri dan teknologi tinggi. Scandium digunakan untuk komponen pesawat terbang dan zat adiktif untuk lampu merkuri. Kemudian lantanum menjadi bahan penyusun indeks retraktif tinggi, anti radar dan elektroda baterai. Serium untuk pemoles warna kuning pada kaca dan keramik, serta unsur-unsur lainnya yang bernilai ekonomi tinggi.
Baca Juga: Kisah Pasang Surut Teknologi Peringatan Dini Bencana Gempa
Kepala PSDMBP, Agung Pribadi menyampaikan harapan jalinan kerja sama keduanya bisa berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi bangsa indonesia. Menyikapi program transisi energi yang terus digalakan pemerintah Indonesia, PRTDBBNLR dan PSDMBP sebagai sisi hulu berperan dalam menunjang sumber daya mineralnya. Kedua pihak terus mengembangkan bahan baku penunjang proses transisi energinya.
“Sudah tentu, unsur tanah jarang juga menjadi penting untuk proses transisi energi. Selain penyiapan WIUP dan WPN mineral, PSDMBP-KESDM juga merupakan wali data mineral seluruh Indonesia. Termasuk mineral radioaktif dan mineral strategis, sehingga kerja sama ini juga diharapkan menghasilkan Neraca Mineral dan Batu Bara. Harapannya, Neraca Mineral yang belum memuat mineral radioaktif dapat lebih lengkap sesuai dengan tugas dan amanah yang diberikan,” kata Agung. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post