Adanya bencana tersebut juga bisa dikenali lebih awal dengan memperhatikan sekitarnya. Apabila ada retakan tanah atau struktur bangunan, miringnya tiang atau pohon, serta guguran tanah atau batuan di lereng dapat menjadi tanda-tanda longsor.
Sedangkan banjir terjadi diawali dengan hujan deras terus menerus, permukaan air sungai mulai naik, hingga munculnya genangan air di jalan atau sekitar rumah. Perlu digalakkan ronda lingkungan, khususnya setelah hujan mengamati tanda-tanda banjir atau longsor di sekitar sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya.
Bagi Wahyu, relokasi dan usaha fisik untuk mitigasi bencana harus dilakukan bersama-sama dengan kolaborasi berbagai pihak baik pemerintah, akademisi, masyarakat, dan media massa. Selain itu, solusi efektif yang bisa dilakukan untuk mencegah bencana banjir dan longsor dapat dilakukan dengan modifikasi cuaca.
Baca juga: Sebanyak 15 Korban Hilang Akibat Banjir Longsor di Nduga Papua Belum Ditemukan
“Jadi modifikasi cuaca merupakan salah satu usaha efektif untuk mencegah terjadinya banjir dan longsor,” kata dia.
Wahyu menambahkan perubahan iklim global tidak dapat dihindari, memang harus dihadapi dan beradaptasi dengan kondisi tersebut termasuk akibatnya seperti bencana banjir dan longsor. Menghindari daerah-daerah yang rentan terhadap banjir dan longsor baik secara permanen maupun sementara, menjadi cara untuk menghadapi bencana tersebut.
“Bencana bukan hanya permasalahan pemerintah. Tapi juga tanggung jawab kita bersama untuk menghindari dan meminimalkan dampak kejadian bencana,” imbuh dia. [WLC02]
Sumber: UGM







Discussion about this post