Dadan pun menawarkan dua alternatif. Pertama, menggunakan bola baja dari ukuran kecil sampai besar. Proses penggilingan sekitar tiga jam. Kedua, menggunakan sumber daya lokal atau kearifan lokal, yaitu menggunakan batu dari endapan sungai yang modelnya sudah relatif subbrownded atau berwarna kecoklatan. Proses penggilangan memakan waktu hingga empat jam.
Baca Juga: Potensi Perubahan Iklim, Prakirawan Pastikan Data Prakiraan Musim Akurat
“Memang ada selisih satu jam. Tapi dari sisi kemudahan operasional dan sisi biaya, jauh lebih murah. Tambang rakyat bisa berkelanjutan, tidak bergantung harus beli,” kata Dadan.
Proses Pengolahan Emas Tanpa Merkuri
Proses itu dimulai dari hasil proses bijih emas menjadi tepung (halus) sebesar 200 mesh. Kemudian mensirkulasi lumpur dalam sehari dengan komposisinya 40 persen tepung bijih emas dan 60 persen air. Kemudian dimasukkan ke tangki pelidian (leaching) atau toren, diolah, dilakukan proses pencampuran, dan suplai oksigennya. Setelah itu dicampur dengan beberapa bahan pelarut yang menggunakan sianida.
Waktu proses reaksi yang dibutuhkan sekitar 48 jam. Tingkat pelarutan emas dipengaruhi kekuatan difusi sianida dan oksigen, serta perlakuan-perlakuan sebelum sianidasi.
Baca Juga: Jokowi Ingatkan Janji: Karhutla Tanggungjawab Pangdam hingga Kapolda
“Pada proses sianida, setelah 4-6 jam, ditambah karbon aktif. Dalam prosesnya selama 48 jam, emas akan terlarut oleh sianida. Saat itulah diserap karbon,” papar Dadan.
Setelah 48 jam, karbon aktif disaring dan dipisahkan dari lumpur. Karbon aktif yang tersaring dilanjutkan dengan proses pembakaran sampai karbon aktif menjadi abu. Abu campuran emas selanjutnya dilakukan peleburan sehingga didapat berupa bullion emas.
“Bullion emas itu masih mengandung mineral lainnya, misalkan ada peraknya atau tembaganya. Kalau emas oksida biasanya hanya emas dan perak. Setelah itu baru dilakukan pemurnian,” jelas Dadan.
Baca Juga: Subsidi Kendaraan Listrik Dinilai DPR Tak Jitu, Jalan Tetap Macet dan Polusi
Kemudian limbah yang masih mengandung sianida — biasanya 50-200 ppm — dipompa kembali ke dalam tangki untuk destruksi racun.
“Hanya dalam 4 jam, dari 200 ppm bisa memenuhi baku mutu di bawah 0,5 ppm. Itu memenuhi baku mutu untuk dibuang ke lingkungan,” kata Dadan.
Ia juga mengingatkan, bahwa mengintervensi teknologi bukan hanya mengalihkan metode dari merkuri ke non merkuri. Namun juga bagaimana menangani limbahnya supaya aman dibuang ke lingkungan. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post