Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Delapan Virus Baru Teridentifikasi pada Kelelawar, Pakar Ingatkan Risiko Zoonosis

Minggu, 6 Juli 2025
A A
Ilustrasi kelelawar di pepohonan. Foto ignartonosbg/pixabay.com.

Ilustrasi kelelawar di pepohonan. Foto ignartonosbg/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

“Ensefalitis itu bisa berakhir fatal. Karena tidak ada gejala pada kelelawar, banyak masyarakat tidak menyadari risikonya,” imbuh dia.

Selain karena aktivitas kelelawar itu sendiri, Agus juga menyoroti peran manusia dalam meningkatnya risiko ini. Perusakan habitat alami seperti hutan menyebabkan kelelawar kehilangan sumber makanan alaminya. Akhirnya, mereka terpaksa mendekat ke wilayah permukiman dan mengonsumsi buah-buahan yang ditanam warga, seperti pepaya atau pisang.

Baca juga: Mengenal Nimbus, Varian SARS-CoV-2 Dalam Pantauan WHO

“Ketika habitat hancur, mereka (kelelawar) mendekat ke manusia. Dan karena di tubuhnya ada patogen, manusia yang justru mengambil risiko,” ujar Agus.

Untuk mencegah penyebaran penyakit zoonotik dari kelelawar, ia menyarankan pendekatan yang komprehensif, dimulai dari edukasi kepada masyarakat hingga upaya menjaga keseimbangan ekosistem. Juga penting meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala-gejala awal penyakit yang bisa berasal dari interaksi tidak langsung dengan kelelawar.

“Kalau sudah tahu isi tubuh kelelawar seperti itu, rasanya kita memang harus ekstra hati-hati,” kata dia.

Adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap potensi bahaya dari satwa liar seperti kelelawar, ia berharap upaya pencegahan dan perlindungan kesehatan dapat berjalan lebih efektif dan menyeluruh. [WLC02]

Sumber: IPB University

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: kelelawarpenyakit zoonosisSatwa liarSekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University

Editor

Next Post
Ilustrasi nyamuk Anopheles. Foto shammiknr/pixabay.com.

Riset Bakteri Wolbachia Gantikan Kelambu untuk Kendalikan Malaria di Papua

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media