Senin, 22 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Dietriech Geoffrey, Merkuri Masuk ke Perairan Lewat Limbah Industri hingga Keramba Jaring Apung

Kepadatan keramba jaring apung yang melebihi daya dukung ideal dapat memperparah kondisi pencemaran di perairan.

Rabu, 9 Juli 2025
A A
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dietriech G Bengen. Foto Dok. Alumni IPB.

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dietriech G Bengen. Foto Dok. Alumni IPB.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menyebut ikan di Waduk Cirata tidak layak konsumsi akibat kandungan merkuri. Pernyataan tersebut didasarkan pada kajian ilmiah dan mencerminkan kompleksitas pencemaran di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, Prof. Dietriech Geoffrey Bengen menjelaskan, merkuri dapat masuk ke perairan melalui berbagai jalur. Seperti limbah industri (termasuk dari penambangan emas skala kecil), limbah domestik (misalnya baterai rusak), dan residu pertanian.

“Waduk Cirata merupakan bagian hilir Sungai Citarum yang tercemar limbah industri, domestik, dan pertanian,” jelas Dietriech.

Baca juga: Bambang Hero dan Basuki Wasis Tak Gentar Hadapi Gugatan SLAPP Perusak Lingkungan di Pengadilan Cibinong

Selain itu, kepadatan keramba jaring apung (KJA) yang mencapai 120.000 unit, yang jumlah jauh melampaui daya dukung ideal yang hanya 12.000 unit, semakin memperparah kondisi pencemaran di sana.

Di lingkungan air, merkuri akan berubah menjadi metilmerkuri, yaitu bentuk paling toksik, yang mudah terakumulasi dalam rantai makanan, terutama pada ikan.

“Proses bioakumulasi dan biomagnifikasi membuat ikan predator atau yang berumur panjang memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi,” jelas Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan itu.

Baca juga: Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma

Terkait dampak kesehatan yang ditimbulkan, Dietriech menyoroti karakteristik merkuri yang dikenal sebagai neurotoksin kuat. Dampaknya dapat merusak sistem saraf pusat, menyebabkan sakit kepala, tremor, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal, gangguan imun, hingga radang saluran cerna.

“Ancaman ini sangat serius apabila ikan terkontaminasi dikonsumsi rutin dalam jumlah besar,” tegas dia.

Sementara kepadatan KJA memperparah pembentukan metilmerkuri karena sisa pakan dan feses ikan menciptakan kondisi anoksik di dasar waduk.

Baca juga: Puncak Banjir dan Longsor Lagi, Menteri Hanif Cabut Izin Lingkungan dan Rehabilitasi Kawasan

“Itu mempercepat proses terbentuknya metilmerkuri yang jauh lebih beracun,” imbuh dia.

Strategi mengatasi merkuri

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Dietriech mendorong pendekatan multidimensi. Ia menyarankan ada lima strategi yang perlu dilakukan. Pertama, komunikasi risiko secara transparan. Menurut dia, pemerintah perlu menyampaikan data kadar merkuri secara terbuka dan edukasi alternatif sumber protein.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: daerah aliran sungaiFPIK IPB Universitykeramba jaring apungmerkuriProf. Dietriech Geoffrey Bengen

Editor

Next Post
Destinasi wisata di Danau Toba, Sumatra Utara. Foto Dok. Kemenpar.

Konferensi Internasional Jadi Upaya Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media