Minggu, 27 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Djati Mardiatno, Masyarakat Bisa Lakukan Mitigasi Kekeringan Mandiri

Kekeringan merupakan kondisi alam yang tidak dapat dihindari oleh negara tropis, seperti Indonesia.

Minggu, 22 September 2024
A A
Guru Besar Bidang Geomorfologi Lingkungan Fakultas Geografi, Prof. Djati Mardiatno. Foto geo.ugm.ac.id.

Guru Besar Bidang Geomorfologi Lingkungan Fakultas Geografi, Prof. Djati Mardiatno. Foto geo.ugm.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Meskipun begitu, pemerintah dan masyarakat tetap diimbau untuk mengantisipasi datangnya kemarau panjang. Untuk menghadapi musim kemarau, pengairan sawah diusahakan tidak bergantung hanya pada air hujan.

Pemerintah dapat membangun sistem irigasi yang berasal dari sungai, danau, atau embung. Di sisi lain, apabila kondisi geologis suatu wilayah tidak terdapat sumber air alami, Djati mengatakan bahwa antisipasi dapat dilakukan dengan penanaman komoditas yang tidak membutuhkan banyak air.

Untuk menghadapi ancaman kekeringan, cara yang paling mudah untuk dilakukan adalah penyediaan air oleh pemerintah setempat. Setiap tahun, ratusan ribu bahkan jutaan liter air bersih telah dikerahkan untuk menangani bencana kekeringan.

Baca Juga: Fahmy Radhi, Hentikan Ekspor Pasir Laut Sebab Sama Saja Menjual Negara

Ada juga cara lain yang dapat dilakukan pemerintah selama musim kemarau berlangsung dengan pengadaan pemompaan air tanah. Di Gunungkidul misalnya memiliki potensi air tanah yang dapat dimanfaatkan.

Secara geologis, tanah di Gunungkidul memiliki material batan yang mudah larut. Material ini membuat air hujan yang masuk ke dalam tanah dapat disimpan dalam waktu yang lama. Air disimpan di sungai-sungai bawah tanah dan gua-gua yang memiliki kedalaman mencapai 100 meter.

“Itu paling dangkal saja sekitar 50 meter, jadi sungainya itu dalam sekali,” kata Djati.

Pemompaan air dari sungai-sungai bawah tanah ini membutuhkan biaya yang tinggi, karena air tidak dapat naik dengan mesin pompa biasa. Mekanisme pemompaan airnya pun tidak biasa. Dibutuhkan tempat yang posisinya relatif paling tinggi di suatu kawasan agar secara gravitasional, air dapat didistribusikan ke sekitarnya.

Baca Juga: Penambangan dan Ekspor Pasir Laut Kiamat Sosial Ekologis di Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil

Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghadapi kekeringan adalah membuat sumber air buatan, seperti embung atau bendungan. Cara ini sering digunakan di daerah Nusa Tenggara Timur sebagai persiapan musim kemarau dan bencana kekeringan.

“Embung-embung itu untuk menampung air saat musim hujan, kemudian bisa dimanfaatkan pada musim kemarau,” ujar Djati.

Upaya mitigasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan air di musim kemarau secara mandiri. Cara yang paling mudah adalah dengan membuat sistem penampungan air hujan di tandon-tandon air. Air tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan irigasi dan domestik seperti MCK dan masak apabila sudah dijernihkan. [WLC02]

Sumber: UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: bencana kekeringanGuru Besar Bidang Geomorfologi Lingkungan Prof Djati Mardiatnomitigasi kekeringanperubahan iklim

Editor

Next Post
Pembuatan pupuk organik dan pestisida alami di Maratua, Berau, Kalimantan Timur. Foto ITB.

Akses Pupuk Kimia Sulit, Petani Maratua Membuat Pupuk Organik

Discussion about this post

TERKINI

  • Mahkamah Konstitusi menolak pengajuan uji formil UU KSDAHE, 17 Juli 2025. Foto Dok. AMAN.MK Tolak Uji Formil UU KSDAHE, Dissenting Opinion Dua Hakim Sebut Ada Pelanggaran
    In News
    Kamis, 24 Juli 2025
  • Rapat Koordinasi Penanganan Karhutla di Riau, 23 Juli 2025. Foto Dok. BMKG.Juli Puncak Kemarau di Riau, Potensi Karhutla Meningkat hingga Awal Agustus
    In News
    Kamis, 24 Juli 2025
  • Ilustrasi gajah di kawasan DAS Peusangan, Aceh. Foto WWF Indonesia.Lahan Konservasi Gajah dari Prabowo, Pakar Ingatkan Kepastian Status Lahan dan Kesesuaian Habitat
    In News
    Rabu, 23 Juli 2025
  • Komisi XIII menerima audiensi LEM UII Yogyakarta terkait RUU Masyarakat Adat di Gedung DPR, 21 Juli 2025. Foto Runi-Andri/Parlementaria.Lebih Dua Dekade, Baleg dan Komisi XIII DPR Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat
    In News
    Rabu, 23 Juli 2025
  • Peresmian Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya di Jakarta, 21 Juli 2025. Foto BMKG.Fondasi Gedung Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya Sedalam 30 Meter
    In IPTEK
    Rabu, 23 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media