Meskipun begitu, pemerintah dan masyarakat tetap diimbau untuk mengantisipasi datangnya kemarau panjang. Untuk menghadapi musim kemarau, pengairan sawah diusahakan tidak bergantung hanya pada air hujan.
Pemerintah dapat membangun sistem irigasi yang berasal dari sungai, danau, atau embung. Di sisi lain, apabila kondisi geologis suatu wilayah tidak terdapat sumber air alami, Djati mengatakan bahwa antisipasi dapat dilakukan dengan penanaman komoditas yang tidak membutuhkan banyak air.
Untuk menghadapi ancaman kekeringan, cara yang paling mudah untuk dilakukan adalah penyediaan air oleh pemerintah setempat. Setiap tahun, ratusan ribu bahkan jutaan liter air bersih telah dikerahkan untuk menangani bencana kekeringan.
Baca Juga: Fahmy Radhi, Hentikan Ekspor Pasir Laut Sebab Sama Saja Menjual Negara
Ada juga cara lain yang dapat dilakukan pemerintah selama musim kemarau berlangsung dengan pengadaan pemompaan air tanah. Di Gunungkidul misalnya memiliki potensi air tanah yang dapat dimanfaatkan.
Secara geologis, tanah di Gunungkidul memiliki material batan yang mudah larut. Material ini membuat air hujan yang masuk ke dalam tanah dapat disimpan dalam waktu yang lama. Air disimpan di sungai-sungai bawah tanah dan gua-gua yang memiliki kedalaman mencapai 100 meter.
“Itu paling dangkal saja sekitar 50 meter, jadi sungainya itu dalam sekali,” kata Djati.
Pemompaan air dari sungai-sungai bawah tanah ini membutuhkan biaya yang tinggi, karena air tidak dapat naik dengan mesin pompa biasa. Mekanisme pemompaan airnya pun tidak biasa. Dibutuhkan tempat yang posisinya relatif paling tinggi di suatu kawasan agar secara gravitasional, air dapat didistribusikan ke sekitarnya.
Baca Juga: Penambangan dan Ekspor Pasir Laut Kiamat Sosial Ekologis di Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil
Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghadapi kekeringan adalah membuat sumber air buatan, seperti embung atau bendungan. Cara ini sering digunakan di daerah Nusa Tenggara Timur sebagai persiapan musim kemarau dan bencana kekeringan.
“Embung-embung itu untuk menampung air saat musim hujan, kemudian bisa dimanfaatkan pada musim kemarau,” ujar Djati.
Upaya mitigasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan air di musim kemarau secara mandiri. Cara yang paling mudah adalah dengan membuat sistem penampungan air hujan di tandon-tandon air. Air tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan irigasi dan domestik seperti MCK dan masak apabila sudah dijernihkan. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post