Wanaloka.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Data Informasi Kebencanaan (Pusdatinkom), Direktorat Pemetaan Risiko Bencana dan Direktorat Mitigasi melakukan pemetaan berbasis pesawat nirawak (drone). Pemetaan itu bertujuan untuk memonitor wilayah permukiman penduduk, jalur aliran sungai dan kondisi debris flow atau lelehan material lahar yang keluar dari rangkaian aktivitas erupsi Gunung Ibu di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara
Kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak 4 Juni 2024 atas arahan langsung Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang disampaikan dalam Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Erupsi Gunungapi Ibu pada 31 Mei 2024 lalu untuk memitigasi potensi bencana sekunder dari erupsi tersebut.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan pada pemetaan tahap pertama, tim menyisir wilayah utara-barat laut Gunung Ibu dan berkonsentrasi di Desa Duono. Desa tersebut dilewati jalur hulu sungai yang nantinya bermuara di wilayah pesisir barat. Misi pesawat drone untuk melihat kondisi vegetasi dan jalur sungai yang mengarah ke wilayah hilir dan melewati beberapa permukiman warga.
Baca Juga: Jampiklim Desak Pemerintah Cabut Regulasi dan Proyek yang Eksploitasi Alam
Pada pemetaan tahap pertama, tim menyisir wilayah utara-barat laut Gunung Ibu dan berkonsentrasi di Desa Duono. Desa tersebut dilewati jalur hulu sungai yang nantinya bermuara di wilayah pesisir barat. Misi pesawat drone untuk melihat kondisi vegetasi dan jalur sungai yang mengarah ke wilayah hilir dan melewati beberapa permukiman warga.
Pemetaan selanjutnya, tim menerbangkan pesawat nirawak di atas Desa Togoreba Sungi yang juga dilalui sungai berhulu di wilayah utara-timur laut dan lebih dekat dengan puncak gunung. Seperti misi sebelumnya bertujuan untuk memonitor wilayah permukiman yang masuk dalam radius rawan bencana banjir lahar hujan.
Pada pemetaan hari kedua, Rabu, 5 Juni 2024, tim melanjutkan misi melihat jalur sungai yang berdekatan dengan permukiman warga di Desa Naga atau desa terakhir yang paling dekat dengan wilayah hilir. Pemetaan ini menjadi misi pertama tim untuk melihat luas cakupan wilayah, menghitung perkiraan dampak risiko bencana serta menentukan arah evakuasi dan penyelamatan.
Baca Juga: Penerima Kalpataru 2024 dari Profesor Mangrove hingga Pendaur Ulang Sampah
Setelah monitoring wilayah permukiman selesai, tim akan menaikkan elevasi jelajah pesawat nirawak menuju beberapa titik hulu sungai untuk melihat topografinya. Dari pemetaan ini, tim berharap dapat melihat kontur wilayah perbukitan lereng kaki Gunung Ibu secara detil, khususnya di area hulu yang mengarah ke beberapa permukiman warga.
Adapun rencana giat ketiga, tim akan menaikkan level ketinggian dan area jelajah mendekati mulut kawah dan area timbunan material vulkanik lahar gunung. Misi ini cukup menantang karena kondisi cuaca di lapangan sering berubah.
“Apalagi Gunung Ibu masih sering erupsi dalam interval waktu antara 16-30 jam sekali perhari,” kata Abdul Muhari dalam keterangan tertulis, 5 Juni 2024.
Baca Juga: Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024, Ini Pesan Walhi untuk Pemerintah Terpilih
Sebelumnya, tim telah berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait rekomendasi yang paling sesuai untuk menjalankan misi pemetaan. Selain PVMBG, tim juga telah berdiskusi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara untuk studi kasus dan kajian awal solusi jangka menengah dan jangka panjang.
Discussion about this post