Wanaloka.com – Wilayah karst Gunung Sewu merupakan kawasan lindung strategis nasional yang luasnya mencapai 75.000 hektare lebih. Namun, sejarah panjang aktivitas penambangan batu gamping telah meninggalkan luka ekologis yang mendalam.
“Karst merupakan kawasan yang penting, karena stok karbon dunia, bila terganggu maka berbahaya, karena nilai karbonnya lebih tinggi daripada pohon,” kata Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (LH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk meninjau langsung pelaksanaan pemulihan lingkungan di kawasan ekosistem karst Gunung Sewu, Sabtu, 20 April 2025.
Kunjungan ini menandai komitmen pemerintah dalam mendorong transformasi pengelolaan lahan bekas tambang menjadi ruang hidup dan ekonomi yang berpihak pada masyarakat. Salah satu titik yang dikunjungi adalah Pasar Ekologis Argo Wijil di Desa Gari, Kecamatan Wonosari yang merupakan bekas lokasi tambang aktif sejak 1976 hingga 2006 yang kini disulap menjadi pusat ekonomi desa.
Baca juga: Hari Bumi, Aksi Tanam 9.000 Pohon Matoa di Halaman Ponpes Deli Serdang
Melalui pendekatan regeneratif, Kementerian LH/ BPLH bersama pemerintah daerah dan masyarakat menghadirkan solusi pemulihan yang tak hanya berfokus pada aspek ekologis. Melainkan juga memulihkan martabat dan keberdayaan warga.
“Hari ini masyarakat Desa Gari telah mencoba mentransformasikan diri dari kegiatan yang eksploitatif terhadap batu gamping menjadi konservasi. Tidak gampang mengubah ini. Tapi saya sangat mendukung dan menghargai yang telah dilakukan masyarakat di sini dalam menjaga keseimbangan ekosistem,” tutur Hanif.
Pasar Ekologis Argo Wijil dikelola BUMDes Mardi Gemi untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi warga. Pengelolaannya dengan melibatkan puluhan pedagang lokal yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga dan mantan penambang.
Baca juga: Sebanyak 114 Rumah Rusak Berat Terdampak Pergerakan Tanah di Brebes
“Kami tidak bisa bicara soal pemulihan lingkungan kalau masyarakat yang tinggal di sekitarnya tidak diberdayakan. Kami di sini juga bukan hanya menanam pohon atau membangun embung, tetapi menanam harapan dan membangun kemandirian,” lanjut Hanif.
Selama Ramadan, Pasar Argo Wijil beroperasi setiap Minggu pagi dan sore hari sehingga menarik seribu pengunjung setiap hari. Para pedagang meraih penghasilan yang menjanjikan dengan rata-rata keuntungan mencapai 40 persen. Sementara BUMDes juga mengembangkan usaha lain, seperti layanan Internet Desa, PAMDes, dan Mitra Pangan dengan total omzet yang kini menyentuh angka Rp2 miliar per tahun.
Selain aspek ekonomi, kegiatan pemulihan juga mencakup pembangunan embung untuk memanen air hujan dan menjaga kelembapan tanah karst yang cenderung kering. Penanaman 500 pohon alpukat, 20.000 bibit nilam, dan 100 pohon flamboyan menjadi bagian dari strategi integrasi antara pertanian, konservasi, dan penguatan ekonomi desa. Beberapa mitra swasta, seperti PT Antam Tbk, PT Pertamina Gas Negara, dan PT Sido Muncul turut mendukung dengan komitmen penyerapan hasil produksi.
Discussion about this post