Waspada Sejak 2011
Sementara data mutakhir aktivitas vulkanik di Gunung Marapi per 4 Desember 2023 hingga pukul 06.00 WIB, tercatat ada delapan kali letusan dan 43 kali hembusan, dengan Amplitudo paling besar mencapai 14,2 mm serta berdurasi selama 56 detik.
Berdasarkan data yang dihimpun, dampak yang ditimbulkan akibat erupsi Marapi tidak hanya sebaran hujan abu vulkanik saja, tetapi juga hujan abu yang disertai batu. Adapun wilayah yang terdampak hujan abu vulkanik mencakup empat wilayah kecamatan, yakni Canduang, Sungai Pua, Ampek-Ampek dan Malalak.
Kemudian wilayah yang dilaporkan terdampak hujan abu disertai batu terjadi di kecamatan Banuhampu, Tilatang Kamang, Baso, Tanjung Raya, Lubuk Basung, IV Koto, Matur, Tanjung Mutiara, Palembayan dan Kamang Magek.
Baca Juga: Butuh Anjing Pelacak untuk Pencarian 11 Korban Banjir Bandang Humbahas
Tim BPBD Tanah Datar dan Agam terus memonitor perkembangan erupsi Marapi di lokasi untuk melakukan tindakan cepat dalam penanganan evakuasi warga apabila kembali terjadi aktivitas vulkanik yang lebih besar.
Pihak BPBD juga mengimbau kepada masyarakat, wisatawan, dan pendaki untuk tidak melakukan aktivitas di bawah radius 3 kilometer dari puncak atau kawah. Selain itu masyarakat diminta untuk memakai masker, topi, dan kaca mata ketika beraktivias di luar ruangan dan tidak menyebarkan informasi yang belum bisa diverifikasi kebenarannya.
Terkait dengan aktivitas vulkanik, PVMBG masih menetapkan Gunung Marapi pada status level II atau Waspada sejak 2011. Artinya, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas sejauh 3 kilometer dari puncak Marapi. Namun berdasarkan data yang dilansir dari Antara, Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Djoinaldy telah meresmikan jalur ke TWA Gunung Marapi dengan nama Jalur Pendakian Proklamator pada 30 Oktober 2022. Jalur tersebut diaktifkan kembali oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat. [WLC02]
Discussion about this post