Wanaloka.com – Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof. Etty Riani mengungkapkan, bahwa hampir seluruh perairan di Indonesia sudah terkontaminasi mikroplastik, bahkan nanoplastik. Tak heran, Indonesia menempati posisi kedua setelah Cina sebagai negara dengan tingkat kontaminasi mikroplastik tertinggi. Menujukkan bahwa kontaminasi mikroplastik di perairan tidak hanya menjadi isu lingkungan nasional, tetapi juga global.
“Dari hasil penelitian-penelitian yang kami lakukan, hampir seluruh perairan di Indonesia sudah terkontaminasi mikroplastik, bahkan nanoplastik. Wilayah pesisir dengan kepadatan penduduk tinggi, seperti Teluk Jakarta, memiliki tingkat kontaminasi yang lebih tinggi,” jelas Etty.
Mikroplastik terbentuk dari degradasi produk sehari-hari seperti pakaian, kemasan makanan dan minuman, perabotan rumah, serta kantong plastik, bahkan juga dari produk perawatan. Seiring waktu, sampah-sampah plastik ini terdegradasi atau terurai menjadi partikel-partikel kecil hingga menjadi mikroplastik dan selanjutnya menjadi nanoplastik.
Baca juga: Fraksi Demokrat Minta Menhut Tunjukkan Lokasi 20,6 Juta Ha untuk Pangan dan Energi
Sayangnya, saat terurai, bahan-bahan aditif yang umumnya merupakan bahan berbahaya dan beracun bagi manusia, juga dapat terlepas ke lingkungan. Kondisi itu akan membahayakan lingkungan dan biota yang habitatnya di lingkungan tersebut, bahkan melalui proses makan memakan yang akhirnya akan sampai pada manusia.
Di lain pihak, mikroplastik juga dapat menjadi inang antara dari bahan berbahaya dan beracun yang terdapat di lingkungan untuk masuk ke dalam tubuh makhluk hidup, termasuk manusia.
“Keberadaannya membahayakan,” kata Etty.
Baca juga: Mohammad Adib, Wujudkan Keadilan Lingkungan Lewat Antropologi Ekologi
Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan turut memperparah kontaminasi ini. Sungai yang bermuara ke laut menjadi sarana pembuangan sampah plastik. Karena bobotnya yang ringan, sampah plastik mudah terbawa angin dan arus laut, mempercepat penyebaran kontaminasi di perairan dan di udara (atmosfer).
Etty menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut tentang mikroplastik dengan dukungan laboratorium dan peralatan berstandar tinggi, karena peralatan yang alakadarnya akan mengakibatkan kesalahan fatal.
Discussion about this post