Kamis, 19 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Gerakan Tanah Robohkan Belasan Rumah di Banjarnegara, Waspada Susulan

Sabtu, 1 Februari 2025
A A
Pergerakan tanah menyebabkan 16 rumah roboh dan terbenam dalam tanah di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, 21-22 Januari 2025. Foto BPBD Banjarnegara.

Pergerakan tanah menyebabkan 16 rumah roboh dan terbenam dalam tanah di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, 21-22 Januari 2025. Foto BPBD Banjarnegara.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Fenomena pergerakan tanah terjadi di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah sejak 21 – 22 Januari 2025 lalu. Gerakan tanah itu mengakibatkan rayapan (amblesan) pada jalan penghubung antara Kecamatan Pejawaran dan Kecamatan Batur.

Hasil kaji cepat sementara, terdapat lima titik rekahan dengan kedalaman amblesan 70 hingga 200 sentimeter. Perkembangan rekahan itu berurutan dari area ketinggian bagian timur menuju lereng ke arah barat.

Data sementara per Jumat, 31 Januari 2025, peristiwa gerakan tanah itu telah mengakibatkan kerusakan di jalan kabupaten, 16 rumah warga rusak berat, 39 rumah terancam dan menyebabkan kerusakan jaringan listrik.

Baca juga: Cara Mengenali dan Membebaskan dari Rip Current di Pantai

Sementara data laporan visual menunjukkan beberapa rumah roboh dan terbenam ke dalam tanah hingga setengah bangunan. Ada juga sejumlah rumah yang rata dengan tanah hanya menyisakan atapnya saja. Kondisi jalan kabupaten pun mengalami keretakan dan mustahil dilewati kendaraan roda empat atau lebih.

Pergeseran lapisan tanah terus terjadi

Hasil pemantauan gerakan tanah pada 25 Januari 2025 oleh Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah, bahwa pergeseran lapisan tanah terus terjadi. Itu ditunjukkan dengan kondisi jarak antar rumah semakin menumpuk dan bagian rumah yang terbenam.

Perkembangan pergerakan tanah juga semakin menggerus dengan kedalaman rata-rata kurang lebih 3 meter. Kemudian panjang pergerakan yang awalnya dari 2 meter menjadi 5 meter serta dijumpai singkapan lapisan batu lempung yang diduga menjadi batuan dasar sebagai bidang gelincir.

Baca juga: Kritik Izin Tambang untuk Kampus, DPR Janjikan Tampung Aspirasi Publik

Di sisi lain, dijumpai genangan air dari akumulasi beberapa mata air yang tertangkap pada lapisan lempung sehingga terjadi genangan pada permukaan.

Curah hujan tinggi jadi faktor pemicu

Berdasarkan hasil analisa sementara, beberapa faktor pemicu terjadinya pergerakan tanah tersebut meliputi curah hujan tinggi yang telah menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan mudah bergerak ke tempat yang lebih rendah.

Hasil pantauan dan analisis Stasiun Klimatologi Kelas I Jawa Tengah pada dasarian II Januari 2025, curah hujan di Banjarnegara dan beberapa wilayah lain di Jawa Tengah berada di atas 300 milimeter, sehingga termasuk kriteria sangat tinggi.

Baca juga: Walhi Gelar Fellowship Jurnalis tentang Krisis Lingkungan di Pesisir Jawa Tengah

Kondisi ini sekaligus menjadi salah satu faktor pemicu kejadian bencana hidrometeorologi basah yang bertubi-tubi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Meliputi banjir dan tanah longsor di Pekalongan dan Kendal, juga banjir di Grobogan dan Demak pada periode yang sama.

Jika ditarik garis lurus, maka jarak antara Desa Ratamba dengan Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono yang menjadi lokasi bencana tanah longsor di Kabupaten Pekalongan dengan korban jiwa 25 orang itu hanya terpaut jarak 30 kilometer saja. Artinya, bisa dikatakan curah hujan yang sangat tinggi terkonsentrasi di wilayah tersebut saat itu.

Selain curah hujan, faktor pemicu gerakan tanah selanjutnya adalah saluran drainase dan sungai yang dibangun belum sepenuhnya menggunakan material kedap air sehingga terjadi peresapan air. Hasil temuan fakta di lapangan, jalan penghubung Kecamatan Pejawaran-Kecamatan Batur dibangun di atas batu lempung formasi Kalibiuk (Tpb), lapisan batu lempung (lapisan impermeabel).

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: bencana hidrometeorologihunian sementaraKabupaten Banjarnegarapergerakan tanah

Editor

Next Post
Ilustrasi jalan rusak akibat banjir. Foto Dok. BNPB.

Cuaca Ekstrem Rentan Merusak Jalan, Solusi Perkerasan Jalan Ramah Lingkungan

Discussion about this post

TERKINI

  • Akademisi Sekolah Bisnis IPB University, Nimmi Zulbainarni. Foto Dok. IPB University.Nimmi Zulbainarni, Penambangan Raja Ampat Abaikan Valuasi Ekonomi untuk Keberlanjutan Alam
    In Sosok
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Aksi bebaskan Sorbatua Siallagan di depan gedung Mahkamah Agung RI, 9 Mei 2025. Foto Dok. AMANSorbatua Siallagan Bebas, AMAN Harap MA Konsisten Adili Perkara Serupa
    In News
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Kepala PSA IPB University, Bayu Eka Yulian. Foto Dok. IPB University.Bayu Eka Yulian, Negara Harus Jujur Pertambangan di Pulau Kecil Langgar UU dan Hak Masyarakat Adat
    In Sosok
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Pulau kecil Wawonii yang terancam ekosistemnya akibat aktivitas tambang nikel. Foto jatam.org.Izin Pinjam Pakai Hutan untuk Tambang Nikel di Pulau Kecil Wawonii Dicabut
    In Lingkungan
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Tangkapan layar video yang menunjukkan kolom abu vulkanik yang membumbung tinggi dari erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 17 Juni 2025 sore. Foto BPBD Kabupaten Flores Timur.Status Awas Lagi, Tinggi Kolom Abu Erupsi Lewotobi Laki-laki Capai 10 Km Lebih
    In Bencana
    Selasa, 17 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media