Sabtu, 26 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Haenyeo, Perempuan Penyelam dengan Denyut Jantung Lebih Lambat dan Tekanan Darah Lebih Rendah

Fenomena ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan individu pada kondisi stres karena dapat menggunakan oksigen dalam kondisi terbatas secara lebih efisien.

Sabtu, 12 Juli 2025
A A
Haenyeo, perempuan penyelam bebas dari Korsel. Foto Hyung-sun Kim and Haenyeo Museum/UNESCO.

Haenyeo, perempuan penyelam bebas dari Korsel. Foto Hyung-sun Kim and Haenyeo Museum/UNESCO.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Salah satu keunikan dunia wisata Korea Selatan yang sering ditonjolkan dan diberitakan adalah kelompok perempuan tangguh yang disebut Haenyeo. Sehari-hari, mereka menjadi penyelam bebas tanpa peralatan untuk mencari hasil laut di Pulau Jeju.

Haenyeo terbiasa menyelam secara berkelompok dan saling mendukung satu sama lain. Keunikan ini menjadi budaya yang diwariskan dari genersi ke generasi berikutnya hingga menjadi pembicaraan dunia.

Dari sisi ilmiah, Haenyeo memiliki kemampuan menyelam hingga sedalam 18 meter di bawah permukaan laut dalam waktu sangat lama. Mereka mengumpulkan bulu babi, abalon, dan makanan laut lainnya untuk menghidupi keluarga.

Baca juga: Seruan Koalisi Warga Flores-Lembata: Hentikan Proyek Panas Bumi di NTT yang Melukai Kami

Pakar Genetika Ekologi IPB University, Prof. Ronny Rachman Noor tertarik dengan ketangguhan Haenyeo. Dalam sehari, mereka bisa menyelam tanpa peralatan selama 4–5 jam, meskipun dengan beberapa kali muncul ke permukaan untuk menarik nafas.

Berdasarkan catatan sejarah, kebiasaan mencari hasil laut dengan menyelam ini sudah berlangsung selama ribuan tahun lamanya. Kemahiran menyelam diwariskan secara turun-temurun. Generasi penerus penyelam bebas biasanya mulai belajar menyelam dari ibu mereka sejak usia dini.

“Diduga karena semakin sedikit jumlah penyelam laki laki, akhirnya terbentuk Haenyeo, penyelam perempuan,” kata Ronny.

Baca juga: Desain Kapal Pembersih Sampah di Sungai Perkotaan

Faktor genetik dan lingkungan

Keunikan penyelam bebas perempuan Korea Selatan ini mengundang perhatian para peneliti. Mereka mempertanyakan apakah perempuan penyelam ini memiliki DNA khusus yang memungkinkan penggunaan oksigen lebih efisien. Diduga itu membuat mereka dapat bertahan lebih lama di dalam air dibandingkan orang normal.

Di samping itu, muncul juga pertanyaan apakah kemampuan para perempuan ini bertahan lama di dalam air merupakan hasil latihan yang dilakukan secara bertahap sedari usia dini sampai berusia lanjut?

Ronny menyampaikan, para peneliti lintas negara dari Korea Selatan, Denmark, dan Amerika Serikat berhasil mengungkap paling tidak ada dua keunikan Haenyeo. Pertama, denyut jantung yang lebih sedikit. Kedua, tekanan darah yang lebih rendah ketika menyelam dibandingkan orang normal.

Baca juga: Banjir Musim Kemarau, Greenpeace Serukan Penghentian Ekspansi Energi Fosil

“Dari sisi genetika ekologi, dua keunikan ini dapat diartikan sebagai proses evolusi yang menyebabkan para perempuan penyelam tradisional ini lebih mampu menghadapi dan menahan stres fisiologis akibat menyelam bebas,” jelas Ronny.

Ketika Haenyeo berada di dalam air, mereka menghadapi kondisi yang membuat mereka stress. Baik karena kekurangan oksigen, suhu air yang dingin, dan tekanan kedalaman air.

Hasil evolusi dan adaptasi seperti tekanan darah yang lebih rendah dan denyut jantung yang lebih lambat ini merupakan variasi genetik yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan perbaikan kesehatan masa depan. Terutama terkait daya tahan terhadap stres.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: HaenyeoIPB UniversityKorea Selatanpenyelam bebasProf. Ronny Rachman Noor

Editor

Next Post
Pantai Bulbul di Kabupaten Toba diminta Wamenpar Ni Luh Puspa dibenahi karena dipenuhi bangunan, 11 Juli 2025. Foto Dok. Kemenpar.

Demi Green Card UNESCO, Promosi Wisata dari Humbang Hasundutan hingga Toba

Discussion about this post

TERKINI

  • Mahkamah Konstitusi menolak pengajuan uji formil UU KSDAHE, 17 Juli 2025. Foto Dok. AMAN.MK Tolak Uji Formil UU KSDAHE, Dissenting Opinion Dua Hakim Sebut Ada Pelanggaran
    In News
    Kamis, 24 Juli 2025
  • Rapat Koordinasi Penanganan Karhutla di Riau, 23 Juli 2025. Foto Dok. BMKG.Juli Puncak Kemarau di Riau, Potensi Karhutla Meningkat hingga Awal Agustus
    In News
    Kamis, 24 Juli 2025
  • Ilustrasi gajah di kawasan DAS Peusangan, Aceh. Foto WWF Indonesia.Lahan Konservasi Gajah dari Prabowo, Pakar Ingatkan Kepastian Status Lahan dan Kesesuaian Habitat
    In News
    Rabu, 23 Juli 2025
  • Komisi XIII menerima audiensi LEM UII Yogyakarta terkait RUU Masyarakat Adat di Gedung DPR, 21 Juli 2025. Foto Runi-Andri/Parlementaria.Lebih Dua Dekade, Baleg dan Komisi XIII DPR Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat
    In News
    Rabu, 23 Juli 2025
  • Peresmian Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya di Jakarta, 21 Juli 2025. Foto BMKG.Fondasi Gedung Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya Sedalam 30 Meter
    In IPTEK
    Rabu, 23 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media