Baca juga: Wisata Arung Jeram Perlu Penguatan Keselamatan dan Keamanan
Kelekak kemudian berkembang menjadi destinasi ekowisata. Misalnya di Hutan Pelawan, pengunjung tidak hanya menikmati panorama hutan. Namun juga merasakan kuliner tradisional seperti jamur pelawan dan praktik makan bedulang. Peran generasi muda melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis) menjadikan kelekak sebagai ruang edukasi lingkungan sekaligus sumber ekonomi alternatif.
Tradisi kelekak erat dengan nilai-nilai agama. Mayoritas masyarakat Melayu Bangka Belitung yang beragama Islam memandang pengelolaan hutan sebagai bagian dari amanah khalifah di bumi. Yaitu menjaga alam, tidak merusak, dan berbagi hasil panen.
Ada juga, praktik budaya seperti ritual taber gunung memperlihatkan dialektika antara adat dan agama, di mana dukun kampung dan tokoh agama terlibat bersama. Nilai religius ini memperkuat ikatan sosial dan memberi dasar moral bagi pelestarian lingkungan.
Baca juga: Catatan Jatam, Tujuh Tahun Raksasa Industri Nikel Berproduksi dan Sarat Perusakan Lingkungan Hidup
Retno menyebut beberapa tantangan utama dalam pelestarian kelekak. Antara lain alih fungsi lahan untuk tambang timah dan perkebunan, deforestasi yang masif, berkurangnya peran generasi muda, konflik antara kepentingan ekonomi dan konservasi, serta kebijakan pemerintah yang tidak konsisten.
Meski demikian, terdapat peluang besar melalui penguatan ekowisata, program Satu Desa Satu Tujuan Wisata (Susena), pemberian insentif bagi konservasi, peningkatan kesadaran masyarakat, serta kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan Non-Governmental Organization (NGO).
Tradisi kelekak merupakan warisan ekologis, sosial, dan religius yang penting. Ia tidak hanya menjaga keseimbangan alam, tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat. Dengan perspektif ekoteologi dan ekonomi hijau, kelekak membuktikan bahwa konservasi dan kesejahteraan dapat berjalan beriringan.
“Penguatan tradisi ini menjadi salah satu jalan untuk menjawab tantangan kerusakan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di Bangka Belitung,” terang Retno. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post