Minggu, 1 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Kekeruhan Atmosfer Akibat Erupsi Gunung Merapi 2010 Turun 36 Persen

Jumat, 16 Agustus 2024
A A
Gunung Merapi pada 17 Agustus 2024. Foto Magma Indonesia.

Gunung Merapi pada 17 Agustus 2024. Foto Magma Indonesia.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lilik Slamet Supriatin menjelaskan kekeruhan atmosfer (turbiditas) dapat disebabkan faktor alami dan aktivitas antropogenik, seperti kebakaran hutan, polusi udara, serta badai debu dan pasir. Tak terkecuali turbiditas akibat erupsi Gunung Merapi, karena memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia.

“Turbiditas berdampak pada berkurangnya visibilitas, gangguan kesehatan, gangguan pemandangan kota, serta koefisien pemadaman,” kata Lilik dalam kolokium bertopik “Pengaruh Kekeruhan (Turbiditas) Atmosfer pada Gross Primary Productivity (GPP) di Taman Nasional Gunung Merapi” Sleman pada 15 Agustus 2024.

Berdasarkan riset BRIN, turbiditas atmosfer di wilayah Gunung Merapi berasal dari awan panas (wedus gembel) dan debu vulkanik yang dihasilkan saat erupsi. Koefisien pemadaman menunjukkan berkurangnya cahaya matahari yang diterima di suatu permukaan. Pada hari yang bersih, koefisien ini berada di angka 30 persen, sementara pada hari yang terpolusi mencapai 65 persen.

Baca Juga: SiTampan, Metode Tanam Mangrove untuk Lahan Ekstrem

Perubahan 10 hingga 20 persen pada koefisien pemadaman dapat mengakibatkan penurunan visibilitas hingga 50 persen.

Latar belakang penelitian yang dilakukan oleh Lilik dan tim Kelompok Riset Lingkungan Atmosfer dan Aplikasinya adalah untuk mengukur turbiditas menggunakan teknik penginderaan jauh, yaitu mengambil data GPP atau produktivitas primer kotor dari satelit.

Mereka mengukur indeks turbiditas dari rasio antara radiasi global yang diukur di permukaan dengan radiasi global di puncak atmosfer. Namun, karena kesulitan mendapatkan instrumen pengukuran radiasi di permukaan, mereka menghitung indeks turbiditas menggunakan teknik penginderaan jauh, yaitu mengambil data produktivitas primer kotor dari satelit.

Baca Juga: Target Nol Emisi Karbon di IKN Sulit Tercapai, Ini Alasan Pengamat

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: erupsi MerapiGunung Merapikekeruhan atmosferproduktivitas primer kotorTaman Nasonal Gunung Merapiturbiditas atmosfer

Editor

Next Post
Ilustrasi cuaca berawan. Foto lin2015/pixabay.com.

Pelajari Ilmu Aerosol untuk Rancang Strategi Hadapi Krisis Iklim

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi daging kurban dibungkus daun jati. Foto kemenagsidoarjo.com.Solusi Penumpukan Sampah Plastik dan Limbah Hewan Kurban Saat Iduladha
    In News
    Sabtu, 31 Mei 2025
  • Suasana aktivitas di sekitar tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon usai longsor, 30 Mei 2025. Foto Dok. BPBD Cirebon.Jumlah Korban Longsoran Tambang Galian C Gunung Kuda Cirebon Jadi 14 Jiwa
    In Bencana
    Sabtu, 31 Mei 2025
  • Tim gabungan melakukan evakuasi para korban yang tertimbun longsoran tambang galian C di Gunung Kuda, Cirebon, 30 Mei 2025. Foto Dok. BNPB.Tambang Galian C Gunung Kuda Cirebon Longsor, 10 Orang Tewas Tertimbun
    In Bencana
    Jumat, 30 Mei 2025
  • Peluncuran buku liputan investigsi tentang PSN, 28 Mei 2025. Foto Dok. AJI.Buku Liputan Investigasi 14 Jurnalis Soal Proyek PSN Tiga Daerah Diluncurkan
    In News
    Kamis, 29 Mei 2025
  • Danau Toba di Sumatera Utara. Foto Dok. Kemenpar.Kartu Kuning Sejak 2023, Keanggotaan Kaldera Toba dalam UNESCO Global Geopark Terancam Dicabut
    In Rehat
    Rabu, 28 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media