Selain koreksi data deforestasi, KLHK dan WRI juga sedang melakukan langkah-langkah teknis untuk melakukan koreksi terhadap data kebakaran hutan dan lahan (karhutla) versi GFW yang juga keliru. Misalnya, data GFW menyebutkan, bahwa karhutla serius terjadi pada 2016 dan 2020. Faktanya, karhutla serius terjadi tahun 2015 dan 2019.
“Koreksi awal sudah dilakukan dengan menambahkan penjelasan teknis di bagian bawah grafik Global Forest Watch terkait Indonesia. Bisa dilihat di website mereka,” tukas Siti.
Perkembangan Terbaru
Siti juga memberikan perkembangan terbaru dari pelaksanaan MOU dengan WRI di Washington DC. Mengingat pada akhir Februari 2024 akan dilakukan analisis bersama mengenai data deforestasi 2023 versi GFW.
Baca Juga: Pabrik Pemurnian Biogas Komersial Pertama Diresmikan di Langkat
“Tim dari University of Maryland (sebagai pihak penyedia data), GFW dan WRI DC akan ke Jakarta akhir Februari. Bersama tim KLHK akan penyiapan analisis bersama serta tinjauan ke lapangan,” papar Siti.
Koreksi lanjutan terhadap data GFW serta penguatan data kehutanan Indonesia akan terus berlanjut dalam kolaborasi teknis KLHK dengan WRI DC yang didukung oleh Pemerintah Norwegia.
“Jadi, ini bukan masalah beda cara baca data, tapi memang bagian-bagian dari data GFW itu harus dikoreksi. Ada yang telah dikoreksi dan ada yang sedang proses koreksi,” imbuh Siti. [WLC02]
Sumber: PPID KLHK
Discussion about this post