Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Krisdyatmiko: Kebijakan Bagi-bagi Rice Cooker Tidak Tepat dan Boros Energi

Jumat, 13 Oktober 2023
A A
Dosen Fisipol UGM Dr. Krisdyatmiko. Foto kagama.co.

Dosen Fisipol UGM Dr. Krisdyatmiko. Foto kagama.co.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Dr. Krisdyatmiko mengatakan kebijakan pembagian rice cooker tidak tepat karena guncangan dan kerentanan sosial saat ini adalah kemarau panjang dan rawan pangan. Bukan rawan alat untuk memasak pangan. Jika ditelisik lebih lanjut, argumen yang digunakan pemerintah untuk kebijakan pembagian rice cooker adalah bansos, sehingga kurang tepat. Lebih tepat menjadi upaya untuk substitusi energi karena ternyata saat ini sedang kelebihan pasokan listrik PLN. Masyarakat didorong untuk menggunakan listrik yang berlebih tersebut.

“Penggunaan rice cooker ditujukan kepada masyarakat miskin yang diharapkan mampu menggantikan penggunaan tabung gas melon 3 kilogram,” kata Krisdyatmiko.

Jika pemerintah berdalih substitusi itu berawal dari gagasan untuk memanfaatkan energi yang lebih bersih, maka perlu ditelusuri sumbernya. Gas yang berasal dari minyak bumi dianggap tidak terlalu bersih dibandingkan dengan listrik. Namun mengacu pada data ESDM tahun 2022, 67 persen listrik berasal dari batu bara dan 16 persen berasal dari gas. Artinya, sebenarnya sama-sama bukan energi terbarukan, baik antara listrik saat ini yang dihasilkan dari Indonesia dan gas itu sendiri.

Baca Juga: Kilang Hidrogen Hijau Pertama di Indonesia Resmi Beroperasi

“Jadi perlu dipertimbangkan jika hendak melakukan substitusi energi antara gas minyak bumi dengan listrik. Sebab sepanjang sumber listrik masih tergantung batu bara, dibandingkan dengan gas itu sebenarnya sama saja,” kata Krisdyatmiko.

Mengacu pada Permen ESDM Nomor 11 tahun 2023 tentang Penyediaan Alat Memasak Berbasis Listrik, kebijakan tersebut ditujukan kepada keluarga yang menggunakan listrik prioritas 450-900 watt. Apabila dilakukan pengecekan pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) masih menjadi kendala terkait dengan akurasi siapa calon penerimanya.

Kondisi ini bisa berkaca pada beberapa waktu lalu ketika ada keributan karena masih ada aparatur sipil negara (ASN) yang ternyata menerima bansos dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT). Tentunya kejadian tersebut merupakan dampak dari kurangnya akurasi data, sehingga perlu diperbaiki agar ke depan tidak menimbulkan problematika yang sama sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.

Baca Juga: Konflik Sawit di Seruyan, DPR Minta Pemerintah Pusat Turun Tangan

Krisdyatmiko mengungkapkan kebiasaan masyarakat pedesaan memasak menggunakan dahan dan ranting sudah relatif kecil. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan di desa yang berlokasi dekat hutan dengan memanfaatkan dahan ranting yang sudah kering.

Artinya, apabila karakter rumah tangga seperti itu diminta untuk mengganti memasak dengan rice cooker akan menimbulkan pemborosan energi. Sebab awalnya menggunakan SDA yang tidak merusak karena memanfaatkan sisa-sisa dahan dan ranting kering beralih menggunakan rice cooker sehingga akan bertambah pengeluaran hariannya untuk biaya listrik.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Data Terpadu Kesejahteraan SosialDosen Fisipol UGM Krisdyatmikoenergi terbarukankemarau panjangrawan panganrice cooker

Editor

Next Post
Ilustrasi kekeringan. Foto bernswaelz/pixabay.com.

Krisis Air Ancaman Nyata dari Dampak Emisi GRK dan Pertambahan Penduduk

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media