Justifikasi membandingkan dengan keluarga yang selama ini menggunakan gas itu akan lebih murah sekian ribu per bulan apabila memasak nasi atau bahan pangan yang lain beralih menggunakan listrik. Dalam praktiknya masih ada keluarga yang tidak menggunakan gas untuk memasak. Tentunya akan menambah biaya untuk mereka.
Baca Juga: Rice Cooker Gratis Kurangi Impor LPG, DPR: Emak-emak Lebih Butuh Pangan Murah
Hal yang perlu digaris bawahi terkait kebijakan pembagian rice cooker adalah terkait perbaikan data, mempertimbangkan penambahan beban keluarga, dan bansos itu seharusnya bersifat sementara sehingga tidak boleh terus menerus.
Kebijakan itu bisa dilihat dari jangka waktunya, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Apabila kebijakan bansos termasuk dalam perlindungan jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjangnya berupa jaminan sosial seperti asuransi sampai pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan.
“Saat ini yang perlu dikaji adalah dampak kemarau yang berkepanjangan kepada masyarakat dan bagaimana kerentanan yang mereka hadapi. Iitu yang disupport. Prediksi saya saat ini adalah air dan berkaitan dengan pangan, bukan bantuan rice cooker. Jadi jangan tentang alat memasaknya tetapi apa yang dimasak oleh masyarakat,” tutur Krisdyatmiko.
Baca Juga: Delegasi Muda Sepakati 4 Poin Deklarasi Pemuda AIS
Membicarakan rice cooker, keluarga di Indonesia sudah banyak memanfaatkan alat itu sehingga akan menimbulkan pemborosan. Yang dikhawatirkan adalah akan ada oknum-oknum yang ketika sudah menerima bantuan, kemudian menjualnya, meskipun secara ketentuannya tidak diperbolehkan untuk dijual kembali.
“Pada konteks kekinian, masyarakat sedang membutuhkan bahan pangan. Bisa saja rice cooker tersebut dijual agar ada anggaran pengadaan pangan bagi keluarga. Jadi perlu dikaji masyarakat mana yang paling terdampak kekeringan ini,” kata Krisdyatmiko.
Pemerintah memberikan support dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan pangan, bukan alat untuk memasak. Pada jangka menengah dan jangka panjang adalah bagaimana mengatasi masyarakat tersebut tidak terdampak. Artinya, bisa mandiri, berdaya, dan memanfaatkan potensi lokal sebagai basis penghidupan mereka. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post