“Sayangnya petani Indonesia secara umum belum memperhatian hal-hal seperti itu,” ungkap Jaka.
Di sisi lain, edukasi kepada anak-anak muda agar tertarik menjadikan petani sebagai profesi sudah harus gencar dilakukan. Yakni bagaimana upaya menjadikan hasil-hasil pertanian sebagai komoditas yang menguntungkan dan menjanjikan, bagaimana menjadikan pertanian sebagai pekerjaan yang menarik dengan mengembangkan aplikasi-aplikasi, model otomatisasi dengan dikontrol melalui handphone.
“Dengan internet of thinks, mudah-mudahan menarik anak-anak muda menjadi petani milenial dengan penghasilan cukup,” kata Jaka dengan mencontohkan pertanian dengan sistem hidroponik I atas lahan 400 meter persegi.
Baca Juga: Munif Ghulamahdi: Teknologi Budidaya Jenuh Air Jadi Solusi Kelangkaan Kedelai
4 Inovasi Berbasis Pangan

Sebagai perguruan tinggi yang berfokus pada pertanian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University telah meluncurkan empat inovasi berbasis pangan untuk mengatasi krisis pangan pada 10 Agustus 2022.
Inovasi pertama, ayam lokal pedaging unggul IPB D1, D2 dan D3 oleh Prof. Cece Sumantri. Ayam ini diklaim tahan penyakit, tumbuh cepat dan memiliki daging dengan antioksidan tinggi sebagai pangan fungsional.
Inovasi kedua, varietas kedelai lahan pasang surut dengan produktivitas tinggi yang dikembangkan Prof. Munif Ghulamahdi. Produktivitasnya bisa mencapai 4,63 ton per hektare. Inovasi itu telah iuji coba di atas 500 hektare lahan yang rata-rata menghasilkan 2,5 ton per hektare.
Baca Juga: Kata Pakar Soal Kisruh Harga Kedelai: Pemerintah Tak Konsisten Wujudkan Swasembada Kedelai
“Saya sudah sampaikan inovasi ini kepada Presiden, sehingga Indonesia tidak perlu impor kedelai lagi,” kata Munif.
Inovasi ketiga, varietas kecipir dan kacang tunggak sebagai pengganti kedelai dengan inovator Prof. Muhamad Syukur. Kacang tunggak dapat mensubstitusi kedelai apabila kekurangan kedelai. Varietas kacang tunggak ini berwarna lebih putih sehingga bisa digunakan untuk membuat tempe. Bahkaan Cita rasanya diklaim jauh lebih enak.
Inovasi keempat, tempe higienis fungsional untuk mendukung kesehatan dan pengembangan ekspor hasil inovasi Prof. Made Astawan.
Baca Juga: Harga Kedelai Melangit, Perajin Tahu Tempe Mogok Tiga Hari
Empat hasil penelitian empat guru besar itu, menurut Kepala LPPM IPB University, Ernan Rustiadi, relevan untuk mengantisipasi krisis pangan yang serius. Mengingat krisis pangan, bahkan krisis multidimensi sudah mendera beberapa negara. Kondisi Indonesia dinilai masih baik, meskipun berbagai indikator inflasi harga pangan, meningkat.
“Yang harus diperhatikan terutama sektor pangan (yang mengandung unsur protein) yang masih impor,” kata Ernan. Mengingat Indonesia masih melakukan impor komoditas pangan, terutama protein dan daging dalam jumlah besar. [WLC02]
Sumber: ugm.ac.id, ipb.ac.id







Discussion about this post