Dwikorita mencontohkan, dalam kasus gempa bumi dan tsunami, golden time atau rentang waktu singkat antara peringatan dini dan saat bencana tiba sangatlah sempit. Jika semakin cepat informasi peringatan dini tersebut sampai, maka kesempatan untuk menyelematkan diri pun semakin besar. Dengan begitu, risiko korban jiwa bisa diminimalisir.
Baca Juga: Terekam Kamera, Badak Jawa Ujung Kulon Diduga Lahir Februari Lalu
Lebih lanjut, Dwikorita menuturkan selain dengan RRI, BMKG juga membangun kerjasama dengan radio-radio lokal dan juga radio komunitas di daerah-daerah agar informasi peringatan dini BMKG bisa tersebar semakin luas. Di beberapa daerah, BMKG juga telah bekerjasama dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI).
Selain untuk penyebarluasan informasi peringatan dini, kerjasama dengan media yang dilakukan BMKG juga dalam upaya meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat dan memerangi hoax bencana yang sering muncul dan menimbulkan ketakutan.
“Saat tsunami Jepang 2011 lalu, selain TV NHK, ada 122 stasiun TV, 24 radio AM, dan 25 radio FM yang ikut menyebar luaskan peringatan dini. Ini menunjukkan betapa pentingnya informasi peringatan dini bisa segera sampai kepada masyarakat,” kata Dwikorita. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post