Wanaloka.com – Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) bersama lima media merilis hasil peliputan mendalam tentang dugaan kerusakan lingkungan dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru, Sumatera Utara pekan ini. Kelima media yang melakukan kolaborasi investigasi tersebut mewakili berbagai platform, yakni The Jakarta Post, Kantor Berita Radio (KBR), Jaring.id, Betahita.id, dan CNN Indonesia TV.
Ketua Umum SIEJ Joni Aswira menjelaskan melalui siaran pers yang diterima Wanaloka.com pada 20 Februari 2023, pemilihan proyek PLTA Batang Toru sebagai objek liputan, bukan saja kerena proyek tersebut mengancam kehidupan manusia yang tinggal di sekitar pembangkit. Melainkan juga mengancam keberlangsungan hidup orangutan Tapanuli. Liputan tersebut juga menyorot persoalan kebencanaan, tenaga kerja asing, pembiayaan serta pihak-pihak di balik investasi itu.
Mengapa Meliput PLTA Batang Sitoru?
Proyek PLTA Batang Toru dinilai bermasalah karena dibangun di atas bentang alam yang kaya biodiversitas. Kajian proyeknya ditengarai mengabaikan aspek ekologi dan dampak sosial masyarakat. PLTA ini menjadi ironi di balik jargon energi bersih, terbarukan dan ramah lingkungan yang kerap disematkan di sejumlah proyek pembangkit lainnya.
Baca Juga: Gempa Terkini Guncang Kota Ondong Kepulauan Sitaro Sulut
Batang Toru merupakan bagian dari bentang Bukit Barisan sepanjang Pulau Sumatera. Proyek dengan terowongan berdiameter 12 meter dan panjang 12,5 km sejajar dengan Sungai Batang Toru, tepat di habitat orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Akibatnya, banyak spesies, terutama Orangutan Tapanuli terancam.
Kritik atas PLTA Batang Toru berlabel ‘energi bersih’ ini sempat membuat Bank of China menghentikan pendanaannya pada 2019 karena faktor pertimbangan lingkungan. Selain itu, hasil temuan audit BPK pada proyek berpotensi merugi sehingga turut menguatkan sejumlah kejanggalan dalam pembangunan proyek tersebut yang diduga menyalahi tata kelola pembangunan. Namun proyek tetap dipaksakan berlanjut dengan melibatkan BUMN Cina.
Kolaborasi dengan Beragam Angle
SIEJ sebagai organisasi jurnalis lingkungan berinisiatif mendorong para jurnalis melihat persepketif penyelamatan kawasan dan biodiversitas dalam isu Batang Toru ini. Kolaborasi ini membuka selebar-lebarnya bagi kelima media untuk menentukan angle atau sudut pandang masing-masing media. Bagi SIEJ isu lingkungan hidup sejatinya bisa diulas dari berbagai dimensi. Terpenting dilandasi perspektif untuk mendorong perubahan lingkungan yang lebih baik.
Baca Juga: Korban Gempa Turki Banyak Alami Stres Akut
Discussion about this post