Baca juga: KLB Campak, Perluas Vaksinasi karena Risiko Penularan terhadap Anak Lebih Besar
“Kami melihat ada peluang besar memanfaatkan limbah ini untuk mendukung pembangunan berkelanjutan desa,” kata anggota tim KKN, Ayu Afdha Fadia.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa memadukan pendekatan inovatif dan teknologi tepat guna. Mereka mengombinasikan abu terbang dan abu dasar dengan semen, pasir, serta kerikil untuk menghasilkan campuran yang kuat dan sesuai standar.
Pendekatan ini juga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada material alam yang biayanya semakin mahal.
Baca juga: Walhi Desak Pemerintah dan DPR Minta Maaf secara Terbuka kepada Korban Represi Polisi
“Teknologi tepat guna ini jadi solusi baru yang bisa dimanfaatkan masyarakat,” jelas Aisha Razita Khairani, mahasiswa Sekolah Vokasi UGM.
Program ini juga menekankan pentingnya kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, dan mitra eksternal. Keterbatasan sumber daya di lapangan diatasi dengan mengedepankan semangat gotong royong warga yang ikut aktif dalam setiap proses pembangunan. Dukungan PLTU berupa material dan pendampingan teknis turut memperkuat keyakinan bahwa program dapat dilanjutkan secara berkelanjutan.
“Masyarakat ikut terlibat langsung mulai dari kerja bakti hingga proses pengecoran jalan,” tambah Aisha.
Baca juga: Ahmad Fauzi, Kerusakan Lingkungan Akibat Tata Kelola Kebijakan SDA Tak Matang
Manfaat nyata mulai dirasakan setelah program berjalan. Jalan desa sepanjang kurang lebih 600 hingga 1.000 meter berhasil diperbaiki sehingga mobilitas warga jauh lebih lancar. Kondisi ini juga berdampak positif pada aktivitas ekonomi karena pedagang, petani, dan pelajar dapat lebih mudah mengakses berbagai tujuan.
“Banyak pelaku ekonomi seperti pedagang, petani, hingga pelajar kini lebih mudah bermobilitas,” tutur Vivi Aryanti, mahasiswa anggota tim. [WLC02]
Discussion about this post