Wanaloka.com – Mungkin tak banyak yang tahu, di sebalik Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 ada 20 relief yang dibuat untuk menggambarkan suasana waktu itu. Momen ketika tentara, rakyat, juga pemuda Indonesia berjibaku melakukan serangan terhadap pasukan Belanda yang melakukan Agresi Militer II. Peristiwa itu dikenal juga dengan pertempuran enam jam di Yogyakarta. Momentum yang kemudian oleh Presiden Joko Widodo ditetapkan sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 2 Tahun 2022 yang diperingati tiap tanggal 1 Maret.
Relief itu dimulai dengan pembacaan teks Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Presiden Sukarno didampingi Wakil Presiden Mohammad Hatta. Kemudian dilanjutkan dengan pertempuran melawan pasukan Belanda ketika ibukota RI dipindah ke Yogyakarta. Diawali dengan mendaratnya pasukan Belanda di lapangan terbang Maguwo dengan terjun payung yang disambut dengan serangan oleh pasukan Indonesia. Juga pecah perang di sudut-sudut Kota Yogyakarta selama enam jam. pertempuran gerilya yang dipimpin Panglima Besar Jenderal Sudirman. Hingga kemudian pasukan Belanda hengkang dari Yogyakarta. Dan pertemuan Komandan WK III Letkol Soeharto dengan Sultan Hamengku Buwono IX, juga antara Sudirman dengan Sukarno.
Sementara bangunan monumennya menampilkan lima sosok patung yang dibuat pematung, Saptoto pada 1973. Kelima patung itu mengambarkan sosok tentara, pemuda, pelajar, petani, dan perempuan. Lima sosok ini adalah representasi tentara dan rakyat yang bahu-membahu mengusir penjajah dari Yogyakarta.
Discussion about this post