Riani juga menyampaikan ada 18 karakter yang bersumber dari nilai, ajaran, dan falsafah hidup agama, Pancasila, dan budaya serta tujuan pendidikan nasional. Semua itu diklaim sudah dikenal dalam masyarakat di wilayah IKN dan sekitarnya.
Baca Juga: Dataran Dieng Diusulkan Jadi Taman Bumi Nasional untuk Mempelajari Panas Bumi
“Cerita rakyat dari wilayah tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan literasi kebhinekaan dan dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ucap dia.
Sementara peneliti PR BSK, Dharma Satrya HD menyampaikan kajiannya tentang identitas dalam sastra indonesia. Dia membeberkan tentang teori identitas, paradigma, peta paradigma, dan identitas tokoh dalam karya sastra.
Dalam presentasinya, Dharma menceritakan tentang metode pengumpulan data, metode analisis data, dan pembahasan. Menurut dia, teori identitas ditentukan oleh basis paradigma. Yaitu, seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain membentuk sebuah kerangka pemikiran. Hal ini digunakan untuk memahami, menafsirkan, dan menjelaskan kenyataan atau masalah yang dihadapi.
Baca Juga: Penelitian BRIN, Vaksin Mpox Terbatas sehingga Pakai Vaksin Cacar karena Mirip
“Jadi, kajian identitas dalam sastra indonesia cenderung ke arah paradigma pascakolonial,” ucap dia.
Kegiatan ini melibatkan diskusi para budayawan, periset, dosen, sastrawan, mahasiswa, berbagai elemen masyarakat, dan juga kementerian dan lembaga. Dalam kegiatan itu, Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra Hery Jogaswara berharap dalam webinar ini ada hal baru terkait dengan metode penelitian yang dilakukan dan juga pendekatan folklore. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post